Mohon tunggu...
Dr Ing. Suhendra
Dr Ing. Suhendra Mohon Tunggu... Dosen - Konsultan, technopreneur, dosen, hobby traveller

Tinggal di Jogja, hoby travel dan baca. Sehari-hari sebagai konsultan, dosen dan pembina beberapa start-up

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Artikel Utama

Mandi Susu Boyolali, Mengurai Ketidakadilan dalam Rantai Pasok Industri Susu

10 November 2024   17:16 Diperbarui: 11 November 2024   15:37 548
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Organisasi lingkungan seperti Greenpeace menyerukan pengurangan emisi dan penerapan praktik produksi yang lebih berkelanjutan. Isu ini menambah beban peternak yang harus menghadapi tekanan untuk beralih ke praktik yang lebih ramah lingkungan sambil tetap menanggung biaya operasional yang tinggi.

Untuk mengatasi tantangan ini, diperlukan peran aktif pemerintah dalam menyediakan dukungan yang nyata bagi para peternak kecil. Kebijakan subsidi yang memadai, pendanaan untuk inovasi teknologi, serta pelatihan untuk meningkatkan efisiensi produksi adalah beberapa langkah yang dapat membantu. 

Selain itu, pembangunan infrastruktur rantai dingin yang merata dan pengembangan teknologi pakan berkualitas akan sangat berguna dalam menekan biaya produksi. Peternak juga membutuhkan akses ke pasar yang lebih adil dan dukungan dalam pemasaran produk agar dapat bersaing dengan perusahaan besar.

Di tengah semangat kerja 100 hari awal Presiden Prabowo, maka tidak berlebihan bila nasib peternak sapi menjadi perhatian pemerintah. Jika upaya-upaya ini dilakukan, industri susu di Indonesia akan terus berkembang membawa manfaat bagi peternak, konsumen, dan negara secara keseluruhan. 

Perjuangan para peternak, yang selama ini hanya dianggap roda kecil dalam sistem besar, layak mendapat perhatian dan dukungan agar susu, darah, dan air mata mereka terbayar dengan keberhasilan, bukan kelelahan tanpa akhir.

Oleh: Dr.-Ing. Suhendra

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun