Di balik rak-rak penuh susu segar dan produk olahan yang berderet di supermarket, tersimpan kisah getir para peternak sapi perah yang berjuang mempertahankan hidup.Â
Kapitalisasi industri susu memaksa peternak kecil untuk memproduksi susu dalam skala besar dengan harga jual yang rendah, sementara biaya produksi terus merangkak naik akibat kenaikan harga pakan, bahan bakar, dan operasional. Ironisnya, margin keuntungan yang mereka dapatkan semakin tipis, bahkan sering kali tak cukup untuk menutupi biaya produksi yang semakin tinggi.
Di tengah kondisi ini, para peternak justru menjadi pengambil risiko terbesar dalam rantai pasokan, namun menerima imbalan paling kecil. Pemain besar dalam industri pengolahan dan distribusi, dengan kapital yang melimpah, memegang kendali penuh atas harga dan kuota produksi. Mereka dapat mengamankan keuntungan yang stabil, sementara dampak fluktuasi pasar paling dirasakan oleh peternak kecil. Peternak dipaksa menjual susu dengan harga yang terus menurun, terjebak dalam lingkaran ketidakadilan yang sulit dipatahkan.Â
Kapitalisasi ini menjadikan mereka hanya roda kecil dalam mesin industri besar yang terus berputar untuk menguntungkan segelintir pihak. Jika kondisi ini terus dibiarkan, nasib peternak kecil akan semakin terpuruk, memaksa mereka untuk menyerah dan melepaskan usaha mereka, meninggalkan celah besar dalam perekonomian lokal dan ketahanan pangan nasional.
Namun, seiring dengan tantangan yang dihadapi, peternakan sapi perah di Indonesia memegang posisi strategis yang tidak dapat diabaikan. Industri susu memberikan kontribusi signifikan terhadap pendapatan nasional dan menciptakan lapangan kerja, terutama di daerah pedesaan. Peternakan sapi perah dan industri pengolahan susu mendukung perkembangan sektor agrikultur lokal dan menjadi motor penggerak pertumbuhan ekonomi di banyak wilayah.Â
Selain itu, industri ini penting untuk ketahanan pangan, menyediakan sumber protein hewani yang terjangkau dan membantu mengatasi masalah gizi buruk, terutama di kalangan anak-anak dan remaja.
Dari sisi kesehatan, konsumsi susu mendukung kesehatan tulang dan mencegah osteoporosis dengan kandungan kalsium dan vitamin D yang esensial. Dalam jangka panjang, pengembangan industri susu yang berkelanjutan akan memberikan manfaat besar bagi perekonomian dan kesejahteraan masyarakat Indonesia.Â
Dengan adopsi teknologi modern dan praktik peternakan ramah lingkungan, potensi pengembangan industri ini dapat menciptakan sistem produksi yang lebih efisien dan ramah lingkungan. Teknologi seperti sistem peternakan pintar, infrastruktur rantai dingin, dan pengolahan otomatis dapat membantu meningkatkan efisiensi, mengurangi pemborosan, dan memastikan stabilitas pasokan serta kualitas produk di pasar.
Contoh nyata dari kesulitan yang dihadapi para peternak dapat dilihat dari protes peternak di Boyolali, di mana mereka menghadapi pembatasan kuota susu oleh pabrik pengolahan serta masalah keuangan yang menjerat pengepul susu lokal. Pemblokiran rekening UD Pramono oleh otoritas pajak mengganggu operasional dan memperburuk situasi.Â
Protes ini merupakan simbol perjuangan para peternak untuk mempertahankan kelangsungan hidup di tengah kondisi pasar yang tidak menguntungkan. Kisah serupa terjadi di negara-negara lain seperti Jerman, di mana peternak sapi perah memprotes ketidakadilan harga dan kebijakan pemerintah yang dianggap tidak mendukung.
Tantangan lain yang dihadapi industri susu adalah dampak lingkungan yang dihasilkan dari emisi metana. Emisi ini berkontribusi besar pada pemanasan global, mengingat metana memiliki dampak pemanasan yang jauh lebih kuat dibandingkan karbon dioksida.Â