Sementara, Kekerling, seorang comedian dan aktor terkenal di Jerman, dalam buku best seller berbahasa Jerman "Ich bin dann mal weg" (aku pergi/ menghilang sebentar) menceritakan perjalanannya.
Awalnya, Kekerling meilih rute perjalanan untuk mengusir kebosanan rutinitas padat sebagai actor, lalu mengubah keinginannya untuk menemukan makna hidup yang lebih dalam dari perjalanannya serta menyelidiki hubungannya dengan spiritualitas
Rute yang dipilih Kekerling bukanlah rute para traveler pada umumnya, tetapi sebuah rute Jacobsweg (Jalur Suci Santo Yakobus/ Camino de Santiago di Spanyol).
Kekerling menggambarkan pengalaman spiritual dan pencarian diri Kerkeling saat ia melakukan perjalanan yang menantang secara fisik, kesendirian, emosional yang diliputi ketidakpastian serta rasa sakit.
Namun, selama perjalanan tersebut, Kerkeling mengalami pertumbuhan kedamaian hati yang signifikan. Dia bertemu dengan orang-orang baru dari berbagai latar belakang dan belajar untuk menghargai nilai-nilai sederhana dalam kehidupan. Perjalanan ini membawanya ke tempat-tempat bersejarah yang memberinya wawasan tentang warisan spiritual manusia.
Pada akhirnya, Kerkeling menemukan bahwa sebuah perjalanan yang diisi nilai relijius, bukan hanya tentang sekedar mencapai tujuan fisik dan tempat, tetapi juga tentang perjalanan menuju pemahaman yang lebih dalam tentang diri sendiri, alam Yang Maha Kuasa.
Karenanya, mengambil hikmah dari kedua kisah dalam dua buku best seller tersebut, perjalanan mudik kita tiap tahunnya perlu disirami curahan makna spiritualitas.
Pertama, spiritualitas membantu kita untuk terhubung dengan diri kita sendiri dan dengan dunia di sekitar kita dengan cara yang lebih mendalam. Dengan menyadari kehadiran kita dalam dunia ini secara spiritual, kita menjadi lebih sadar akan hubungan kita dengan alam, makhluk hidup lainnya, dan yang lebih besar dari diri kita sendiri.
Kedua, memaknai aspek spiritualitas dalam perjalanan kita membawa rasa syukur dan apresiasi yang lebih besar terhadap kehidupan. Saat kita menyadari keajaiban dan keindahan di sekitar kita, baik dalam bentuk alam, budaya, atau interaksi manusiawi, kita menjadi lebih berterima kasih atas anugerah yang telah diberikan kepada kita. Hal ini membantu kita untuk hidup dengan penuh rasa syukur dan menghargai setiap momen dalam perjalanan kita.
Ketiga, aspek spiritualitas dalam perjalanan kita juga membawa makna yang lebih dalam dan tujuan yang lebih besar dalam pengalaman kita. Ketika kita memandang perjalanan sebagai bagian dari perjalanan rohani atau pencarian jati diri, kita lebih mungkin untuk menemukan kedamaian batin, pemahaman yang lebih dalam tentang diri kita sendiri, dan mungkin juga jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang mendasar tentang hidup dan makna keberadaan kita.