Mohon tunggu...
Dr Ing. Suhendra
Dr Ing. Suhendra Mohon Tunggu... Dosen - Konsultan, technopreneur, dosen, hobby traveller

Tinggal di Jogja, hoby travel dan baca. Sehari-hari sebagai konsultan, dosen dan pembina beberapa start-up

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Memaknai Spiritualitas Perjalanan Kita: Dari The Alchemist, Jacobsweg, hingga Mudik

13 April 2024   20:12 Diperbarui: 14 April 2024   09:33 305
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (Image Bing Creator AI)

Memaknai Spiritualitas Perjalanan Kita: Dari Al Chemist, Jacobsweg hingga Mudik (Oleh: Dr.-Ing. Suhendra)

Setiap perjalanan (traveling) sering kali dihadapi dengan sejumlah tantangan yang mengandung risiko. Selain tantangan logistik dan finansial, sebuah perjalanan memiliki risiko fisik seperti kecelakaan dan penurunan daya tahan tubuh.

Selain itu, perjalanan jarak jauh dengan moda transportasi yang ada seperti mobil pribadi, bus, kereta atau pesawat, dapat membuat beban lingkungan semakin bertambah.

Hal ini karena emisi karbon yang tinggi dari tiap perjalanan menyumbang masalah polusi udara dan perubahan iklim. Banyak riset menyatakan bahwa kendaraan-kendaraan tersebut berkontribusi pada perubahan iklim, kerusakan lingkungan dan mengancam kesehatan manusia karena menghasilkan gas rumah kaca dan polutan udara seperti karbondioksida (CO2), nitrogen oksida (NOx) dan partikular.

Saat ini, kita masih dalam suasana hari raya, yang diwarnai dengan sebuah rutinitas perjalanan tahunan yang kita kenal dengan istilah "mudik". Karenanya, agar perjalanan para pemudik tidak identic pemborosan sia-sia tanpa nilai apa pun yang berulang tiap tahunnya, para pemudik perlu membidik nilai-nilai spiritualitas dari perjalanan yang dilakukannya. Harapannya, dengan memaknai aspek spiritualitas dari setiap perjalanan kita akan membawa dimensi yang lebih dalam, makna yang lebih luas dan kebahagiaan batin dari pengalaman setiap perjalanan kita.

Terkait korelasi sebuah perjalanan dengan nilai-nilai spritualitas, beberapa karya sastra sebelumnya menulis tema besar tentang anjuran mengambil hikmah dari tiap etape perjalanan yang kita lalui. Dua di antara yang bisa diceritakan di sini antara lain buku "Al Chemist" karya Paulo Coelho dan "Ich bin dann mal weg" karya Hape Kekerling.

Kedua buku ini membawa pembaca untuk melibatkan perjalanan proses pencarian jati diri dan perjalanan batin saat melakukan perjalanan fisik yang dikerjakan sehingga menajamkan hakikat dirinya sendiri dan memaknai tujuan hidupnya.

Dalam buku "The Alchemist", Coelho secara filosofis menceritakan sebuah perjalanan dalam rangka pencarian jati diri dan pembuktian adanya keajaiban kehidupan. Seorang gembala muda bernama Santiago mengambil keputusan untuk membuat sebuah perjalanan yang meninggalkan kehidupan zona nyaman untuk mengejar mimpinya.

Dalam perjalanan dari Andalusia menuju Mesir, ia bertemu dengan berbagai orang yang membantunya memahami arti kehidupan. Melalui pengalaman-pengalaman yang menakjubkan dan serangkaian kebetulan yang terasa ajaib, Santiago menemukan bahwa harta karun yang sebenarnya adalah kebijaksanaan dan kebahagiaan yang berakar dalam dirinya sendiri.

Coelho memberikan wawasan tentang kekuatan keinginan, keyakinan dan keberanian untuk mengikuti hati nurani dalam setiap tindakan. Kata-kata terkenal dari buku ini salah satunya adalah: "And, when you want something, all the universe conspires in helping you to achieve it" (Kalau Anda menginginkan sesuatu, seisi alam semesta berkonspirasi membantu Anda mencapainya).

Sementara, Kekerling, seorang comedian dan aktor terkenal di Jerman, dalam buku best seller berbahasa Jerman "Ich bin dann mal weg" (aku pergi/ menghilang sebentar) menceritakan perjalanannya.

Awalnya, Kekerling meilih rute perjalanan untuk mengusir kebosanan rutinitas padat sebagai actor, lalu mengubah keinginannya untuk menemukan makna hidup yang lebih dalam dari perjalanannya serta menyelidiki hubungannya dengan spiritualitas

Rute yang dipilih Kekerling bukanlah rute para traveler pada umumnya, tetapi sebuah rute Jacobsweg (Jalur Suci Santo Yakobus/ Camino de Santiago di Spanyol).

Kekerling menggambarkan pengalaman spiritual dan pencarian diri Kerkeling saat ia melakukan perjalanan yang menantang secara fisik, kesendirian, emosional yang diliputi ketidakpastian serta rasa sakit.

Namun, selama perjalanan tersebut, Kerkeling mengalami pertumbuhan kedamaian hati yang signifikan. Dia bertemu dengan orang-orang baru dari berbagai latar belakang dan belajar untuk menghargai nilai-nilai sederhana dalam kehidupan. Perjalanan ini membawanya ke tempat-tempat bersejarah yang memberinya wawasan tentang warisan spiritual manusia.

Pada akhirnya, Kerkeling menemukan bahwa sebuah perjalanan yang diisi nilai relijius, bukan hanya tentang sekedar mencapai tujuan fisik dan tempat, tetapi juga tentang perjalanan menuju pemahaman yang lebih dalam tentang diri sendiri, alam Yang Maha Kuasa.

Karenanya, mengambil hikmah dari kedua kisah dalam dua buku best seller tersebut, perjalanan mudik kita tiap tahunnya perlu disirami curahan makna spiritualitas.

Diolah penulis melalui Canva
Diolah penulis melalui Canva

Pertama, spiritualitas membantu kita untuk terhubung dengan diri kita sendiri dan dengan dunia di sekitar kita dengan cara yang lebih mendalam. Dengan menyadari kehadiran kita dalam dunia ini secara spiritual, kita menjadi lebih sadar akan hubungan kita dengan alam, makhluk hidup lainnya, dan yang lebih besar dari diri kita sendiri.

Kedua, memaknai aspek spiritualitas dalam perjalanan kita membawa rasa syukur dan apresiasi yang lebih besar terhadap kehidupan. Saat kita menyadari keajaiban dan keindahan di sekitar kita, baik dalam bentuk alam, budaya, atau interaksi manusiawi, kita menjadi lebih berterima kasih atas anugerah yang telah diberikan kepada kita. Hal ini membantu kita untuk hidup dengan penuh rasa syukur dan menghargai setiap momen dalam perjalanan kita.

Ketiga, aspek spiritualitas dalam perjalanan kita juga membawa makna yang lebih dalam dan tujuan yang lebih besar dalam pengalaman kita. Ketika kita memandang perjalanan sebagai bagian dari perjalanan rohani atau pencarian jati diri, kita lebih mungkin untuk menemukan kedamaian batin, pemahaman yang lebih dalam tentang diri kita sendiri, dan mungkin juga jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang mendasar tentang hidup dan makna keberadaan kita.

Dengan demikian, memaknai aspek spiritualitas dari setiap mudik yang kita lakukan rutin tiap tahun, akan membawa banyak manfaat, mulai dari koneksi yang lebih dalam dengan diri dan dunia di sekitar kita, rasa syukur yang lebih besar terhadap kehidupan, hingga makna dan tujuan yang lebih besar dalam pengalaman kita. Ini memperkaya perjalanan kita dengan cara yang tidak hanya materiil, tetapi juga rohani dan emosional.

Mengubah mudik menjadi perjalanan spiritual adalah sebuah konsep yang menarik dan bermakna secara mendalam. Daripada hanya sekadar sebuah perjalanan fisik untuk berkumpul dengan keluarga atau merayakan hari raya, mudik dapat menjadi kesempatan untuk memperdalam koneksi dengan diri sendiri, dengan orang lain, dan dengan nilai-nilai spiritual.

Di tengah perjalanan mudik, waktu kita dalam perjalanan dapat dimanfaatkan sebagai introspeksi yang mendalam. Saat perjalanan mudik, umumnya kita memiliki waktu lebih banyak. Di saat seperti ini, akan bermanfaat bila kita isi dengan merenungkan kehidupan kita, melihat kembali perjalanan yang telah dilalui, dan merenungkan tujuan hidup serta nilai-nilai yang kita pegang.

Selanjutnya, mudik dapat menjadi kesempatan untuk berhubungan kembali dengan akar dan identitas budaya kita. Banyak di antara kita yang terpisah dari akar budaya dan tradisi kita karena kesibukan sehari-hari. Namun, mudik memberi kita waktu dan kesempatan untuk memeluk kembali warisan budaya dan tradisi yang telah kita warisi.

Selain itu, mudik juga dapat menjadi momen untuk berbagi kebahagiaan dan kebersamaan dengan keluarga dan orang-orang terkasih. Melalui perjalanan ini, kita dapat mempererat ikatan emosional dan spiritual dengan mereka, membangun kenangan yang berharga, dan merasakan kehangatan hubungan keluarga yang mungkin terabaikan dalam rutinitas sehari-hari.

Saat kita bepergian menuju tempat kelahiran atau kampung halaman, kita dapat merenungkan nikmat-nikmat yang telah diberikan kepada kita, menghargai kehidupan, dan bersyukur atas segala berkah yang kita miliki. Karenanya, perjalanan mudik dapat berubah menjadi perjalanan yang penuh rasa syukur.

Dengan momentum waktu spesial seperti hari raya, mudik dapat menjadi waktu untuk mendamaikan diri dengan masa lalu dan memaafkan diri sendiri maupun orang lain. Sering kali, kampung halaman adalah tempat di mana kenangan dan emosi masa lalu terkait dengan kehidupan keluarga dan hubungan antarpribadi. Melalui perjalanan spiritual ini, kita dapat memaafkan, melepaskan, dan memperbaiki hubungan yang mungkin terganggu.

Tidak hanya itu, mudik juga dapat menjadi kesempatan untuk berkontribusi positif kepada masyarakat lokal di kampung halaman. Kita dapat terlibat dalam kegiatan sosial, membantu orang-orang yang membutuhkan, atau berpartisipasi dalam kegiatan keagamaan yang memperkuat nilai-nilai spiritual dan sosial dalam komunitas.

Seperti halnya perjalanan dalam buku Coelho dan Kekerling, mudik dapat menjadi waktu untuk memperluas wawasan dan pengetahuan kita tentang nilai-nilai kehidupan. Melalui perjalanan mudik, kita dapat bertemu dengan orang-orang baru, mendengarkan cerita mereka, dan belajar dari pengalaman hidup yang berbeda, yang dapat memberi inspirasi dan memperkaya perspektif kita tentang hidup.

Pada akhirnya, mudik tanpa nilai spiritualitas, hanyalah keletihan dan menyia-nyiakan sumber daya. Semoga menggali spiritualitas mudik dapat menjadi awal dari sebuah komitmen untuk menjalani kehidupan yang lebih sadar dan bermakna.

Setelah kembali dari perjalanan mudik ini, kita dapat membawa pulang semangat dan inspirasi untuk menjalani kehidupan sehari-hari dengan lebih berkesadaran, menghargai setiap momen, dan melakukan perubahan positif dalam diri sendiri serta lingkungan sekitar

 Semangat spiritualitas yang dibentuk oleh mudik tahun ini semoga berdampak aura positif dan membangun di tengah masyarakat kita. Aamin.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun