Mohon tunggu...
Suhendra Mulia
Suhendra Mulia Mohon Tunggu... Lainnya - Humas menjadi jembatan informasi antara intelektual yang memiliki jiwa kehumasan dengan stakeholder/masyarakat

Humas/PIC, Jurnalis dan Penulis

Selanjutnya

Tutup

Nature

Memaknai Kesejahteraan bagi Petani

13 April 2021   10:47 Diperbarui: 13 April 2021   12:28 285
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nature. Sumber ilustrasi: Unsplash

Kopi

5   ha

0,7 ton / ha

12.

Singkong

117 ha

6 ,0 ton/ha

Berdasarkan data bahwa sebanyak 84,7% penduduk Desa Budi Lestari merupakan petani, alangkah baiknya pemerintah daerah bisa melihat sumber daya yang ada. Dan berdasarkan data bahwa perkebunan karet memiliki luas lahan (143 ha) yang terbesar dari jenis tanaman lainnya seperti singkong (117 ha), jagung (75 ha), padi (76 ha) dan kelapa (59 ha). Data potensi pertanian dan perkebunan belum menampilkan serapan tenaga kerja dari masing-masing jenis pertanian/perkebunan tersebut. Menurut KBBI pertanian adalah  perihal bertani (mengusahakan tanah dengan tanam-menanam), dan bertani merupakan bercocok tanam atau mengusahakan tanah dengan tanam-menanam.

Pandangan kebijakan kehutanan menurut Lukas Rumboko W (April, 2021) selama 40 tahun terakhir  pencapaian rejim Perhutanan Sosial (PS) terus berkembang di berbagai negara dan wilayah dengan konteks politik, sejarah, budaya dan ekonomi yang berbeda. Kebijakan nasional Indonesia mengalokasikan 12,7 juta ha lahan hutan negara untuk dikelola oleh masyarakat lokal merupakan keputusan politik penting yang diharapkan dapat didukung oleh semua pihak. Kebijakan Perhutanan Sosial dimaksudkan untuk meningkatkan hak akses masyarakat lokal terhadap sumberdaya hutan, dan kemandirian ekonomi serta kesejahteraan masyarakat lokal.

Akan tetapi Implementasi kebijakan dan program Perhutanan Ssosial di era pasca reformasi tidaklah mudah. Hal ini dikarenakan berhubungan dengan: 1). Dukungan kelembagaan yang terbatas di tingkat lokal (misalnya kebijakan pendukung yang terbatas dari pemerintah daerah), 2). Perluasan liberalisasi pasar, dan perubahan dinamika pasar global (yaitu sertififikasi hutan dan pelabelan ramah lingkungan), 3). Kehadiran dan pengaruh budaya modern (misalnya, perilaku konsumtif), 4). Terputusnya hubungan antara kepentingan sektor swasta (yaitu bisnis dalam industri kayu) dan preferensi masyarakat mengenai spesies kayu yang ditanam, 5). Perhutanan Sosial belum menjadi bagian program prioritas pembangunan sub nasional dan lokal, dan 6). Regulasi yang rumit dan biaya transaksi yang tinggi dalam industri perkayuan.

Alangkah bijaksananya, jika alam dijaga kelestariannya. Petani dan semua manusia tidak menyadari seperti apa harus memperlakukan alam secara baik dan bijaksana itu. Tanah yang subur dapat memberikan hasil dari pertanian maupun perkebunan yang sangat baik dan hasilnya cukup besar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun