Mohon tunggu...
Suhendra
Suhendra Mohon Tunggu... Akuntan - Eksekutif Keuangan, Pengajar, Aktivis Sosial dan Keagamaan

Berbagi rasa, asa dan ilmu

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Icarus Paradoks Sebuah Pembelajaran Hidup dan Bisnis

12 Mei 2022   17:32 Diperbarui: 12 Mei 2022   17:39 1515
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Beberapa hari lalu saya mengikuti seminar yang diadakan secara virtual bertemakan Icarus Paradoks. Jujur malam itu pertama kali saya mengetahui tentang Icarus Paradoks, pikiranku menerawang membahas tentang apa dan poin penting apa yang bisa saya dapatkan? 

Narasumber pun adalah seseorang top eksekutif di perusahaan penerbit dan benar-benar sangat menguasai materinya. Dan ternyata istilah ini sudah lama dan telah dipraktikkan dalam dunia bisnis. Memang saya yang ketinggalan pengetahuan yang amat berharga ini.

Siapa Icarus? Berasal dari mitologi Yunani merupakan putra dari Daedalus (seorang seniman dan perancang labirin untuk persembahan raja Minos).

Daedalus juga yang mampu membuat sayap dari bulu-bulu yang dilekatkan dengan lilin agar Icarus dapat terbang. Ada kelemahan sayap yang dibuat oleh Daedalus, yaitu terbang tidak boleh terlalu rendah dan juga tidak boleh terlalu tinggi.

 Jika terlalu rendah sayap akan rusak terkena air atau bergesekkan dengan tanah dan bebatuan, sedangkan jika terlalu tinggi akan lumer lilinnya. Ujung cerita Icarus jatuh ke laut dan tewas karena tidak mendengar maupun mengingat lagi nasihat dari ayahnya.

Pengertian dari paradoks adalah pernyataan yang seakan-akan berlawanan namun dalam kenyataannya mengandung kebenaran. Nah, dalam kisah Icarus paradoks nya adalah Icarus memiliki kekuatan dan mempunyai sayap, akan tetapi kekuatan tersebut menjadi kejatuhannya.

 Ada istilah dan yang sering kita dengar kesuksesan yang menjatuhkan. Icarus Paradoks juga ditulis oleh Prof. Danny Miller (1990), melalui riset yang panjang. Dalam buku tersebut terdapat riwayat perusahaan yang kaya inovasi namun mengabaikan pasar. Perusahaan Wang Laboratories yang berinovasi tapi melupakan kebutuhan pelanggan. Contoh lainnya seperti mobil merek Chrysler yang dikalahkan oleh mobil-mobil buatan Jepang.

Ada disrupsi yaitu gangguan berupa perubahan besar yang mengubah sistem atau tatanan yang ada. Dapat kita lihat perusahaan Kodak yang berjaya pada tahun 1892-2012. Kodak pernah menguasai 90% pangsa pasar rol film, 85% kamera, dan pada tahun 1975 sudah mengantisipadi kamera digital namun tidak maksimal. 

Inilah salah satu contoh Icarus Paradoks, kekuatan dan begitu hebat riset dan pengembangan, pada akhirnya mengalami kejatuhan. Kodak sudah mampu mengantisipasi kamera digital, namun karena mendua antara kamera analog dan digital, akhirnya mengalami kejatuhan. 

Nokia yang awalnya begitu yakin tetap menguasai pasar, akhirnya karena operating system nya yang ketinggalan, akhrnya Nokia juga jatuh. Disc Tara yang terkenal dengan CD, VCD dan DVD namun dengan kondisi teknologi terkini berujung kepada penutupan bisnis Disc Tara.

De Geus dalam buku The Living Company (1997), ada empat faktor yang sama pada perusahaan dengan sampel sebanyak 40 perusahaan sekelas Shell, sebagai berikut:

  • Kepedulian terhadap lingkungan, artinya perusahaan memahami yang harus dilakukan pada saat kondisi lingkungan bisnis yang selalu berubah.
  • Kohesif, artinya perusahaan yang bertahan lama adalah kesatuan yang solid, identitas kuat. Walaupun produk sangat beragam, tetapi merasa mereka adalah bagian dari satu keluarga besar perusahaan.
  • Toleran, bahwa korporasi menghindari terlalu banyak melakukan pengawasan yang terpusat.
  • Konservatisme dalam pendanaan, cenderung menghindari resiko. Mengarah kepada keluwesan perusahaan melakukan sesuatu tanpa harus meyakinkan pihak ketiga sebagai penyandang dana, sehingga perusahaan akan menjadi lebih fleksibel.

Sebuah contoh sederhana dalam dunia olahraga yang mengadopsi dan belajar tentang Icarus Paradoks adalah dunia tinju. Siapa yang tidak kenal Floyd Mayweather Jr, Mike Tyson dan Muhammad Ali. Mike Tyson dari 56 kali pertandingan, memperoleh 50 kali kemenangan dengan 44 kali menang KO dan 6 kali kekalahan. 

Muhammad Ali dari 61 kali pertandingan, memperoleh 56 kali kemenangan dengan 37 kali menang KO dan 5 kali kekalahan. Semua adalah petinju tersohor, tetapi ada yang istimewa dalam petinju Floyd Mayweather Jr. Apakah itu? Petinju ini terkenal dengan kecerdikannya dan berjuluk "Pretty Boy"ditinju amatir, karena minim luka pukul alias masih mulus mukanya. 

Sepanjang karir tinju profesional selama 50 kali pertarungan, tidak pernah kalah  dan 27 kali menang KO. Ketika meninggalkan dunia tinju, dalam kondisi terbaik dan kehidupannya juga baik. Meninggalkan julukan sebagai "The Money", wajarlah karena selama karir tinju menghasilkan sekitar 400 trilyun rupiah. 

Memang, bukan yang terkuat yang selalu memenangkan pertarungan, akan tetapi yang luwes, cerdik dan mampu beradaptasi yang akan bertahan dan memenangkan pertarungan. Kemampuan seseorang dalam melihat dan memanfaatkan kekuatan agar tidak terjatuh karena kekuatan atau kesuksesannya, harus terus dilatih. 

Semoga kita bisa belajar dari pengetahuan Icarus Paradoks.

Sumber: satu, dua, tiga, empat, lima, enam, tujuh

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun