Mohon tunggu...
Natasha SA dan Suhayla RN
Natasha SA dan Suhayla RN Mohon Tunggu... Lainnya - Universitas Indonesia

Penulis: Natasha Shafa Amalia, Suhayla Rania Nurfahmi, dan Robiana Modjo Mahasiswa Kesehatan Lingkungan, Fakultas Kesehatan Masyarakat

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Mode Instan, Pekerja Sengsara, Lingkungan Tertekan

1 Desember 2023   17:37 Diperbarui: 1 Desember 2023   18:43 237
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Anda suka mengoleksi pakaian dengan berbagai jenis model? Atau senang mengikuti perubahan tren pakaian yang berganti setiap musim? Jika iya, tahukah Anda bahwa hal tersebut dapat berdampak pada kesehatan dan keselamatan pekerja industri, dan berdampak pada lingkungan? Jika kita tidak menyeleksi brand pakaian yang memiliki kualitas yang baik dan tidak mengandung bahan kimia berbahaya dengan produksi dalam jangka waktu cepat atau biasa disebut fast fashion. Untuk menjawab keresahan tersebut, yuk, simak artikel di bawah ini.

Apa itu Fast Fashion?

Jangka waktu produksi yang singkat, termasuk desain, produksi, distribusi, dan pemasaran yang cepat merupakan pengertian dari fast fashion. Fenomena ini membuat para penjual menyediakan produk yang banyak dalam waktu singkat dengan harga terjangkau. (Basiroen, V. J., et. al., 2023). Fast fashion membuat industri fashion menjadi salah satu penyumbang polusi global terbesar.

Banyak fasilitas produksi fast fashion terletak di negara-negara berkembang atau memiliki pasar ekonomi yang tumbuh. Perusahaan ritel fast fashion mempekerjakan ribuan pekerja dari negara-negara, seperti Bangladesh, India, Tiongkok, Indonesia, dan negara-negara dengan pendapatan rendah dan menengah ke bawah lainnya sebagai pekerja murah. (Darmo, J., 2023).

Bagaimana Fast Fashion Memengaruhi Kesehatan dan Keselamatan Pekerja?

Produksi tekstil untuk keperluan fast fashion menggunakan bahan kimia dalam pembuatan serat, pemutihan pakaian, dan pewarnaan kain. Bahan kimia keras yang digunakan pada produksi mengakibatkan adanya potensi bahaya keselamatan dan gangguan kesehatan pada pekerja.  Risiko kesehatan dapat dialami oleh berbagai komunitas karena pakaian fast fashion diproduksi di negara dengan pendapatan rendah, tetapi juga dibeli di negara berpendapatan tinggi (Shedlock, K., 2023).

Pada suatu penelitian, ditemukan bahwa sekitar 88,28% pekerja garmen di Kota Dhaka mengalami risiko kesehatan kerja. Hal ini menunjukkan bahwa hampir semua pekerja terpapar risiko kesehatan di tempat kerja. Selain itu, sekitar 28,3% pekerja mengalami luka ringan, luka bakar, atau cedera, menunjukkan bahwa mereka menghadapi risiko fisik selama bekerja. Pekerja juga mengalami gangguan pernafasan akibat bahan kimia.

Penyebab utama bahaya kerja pada pekerja garmen di Kota Dhaka, yaitu jam kerja yang panjang, kondisi kerja tidak aman, kurangnya pengawasan dan pelatihan, penggunaan mesin dan peralatan yang sudah tua, unit produksi yang terlalu padat sehingga ruang terlalu sempit, bekerja dengan mesin dan peralatan, penggunaan listrik, penggunaan bahan kimia di industri, dan lokasi kerja yang berdebu. Faktor-faktor tersebut berkontribusi terhadap paparan pekerja dan berbagai risiko kesehatan kerja (Gupta, D. R. et al., 2015).

Bagaimana Fast Fashion Memengaruhi Lingkungan?

Dalam proses produksi, produk garmen dihasilkan dengan jumlah yang melimpah. Demi mengurangi biaya produksi, maka bahan yang dipilih adalah bahan dengan kualitas rendah yang merusak lingkungan. Co-Founder Our Reworked World, Annika Rachmat, menyatakan data yang ditemukannya, yaitu sejumlah 33 juta ton tekstil yang diproduksi di Indonesia, sebanyak satu juta ton diantaranya terbuang menjadi limbah tekstil. Hal ini dapat dibuktikan dengan data yang diambil dari Direktur Asosiasi Daur Ulang Tekstil Inggris, Alan Wheeler bahwa penyumbang polusi terbesar nomor dua di dunia berasal dari industri pakaian dan sebanyak 1,2 miliar ton emisi gas rumah kaca berasal dari industri tekstil dunia. (Ramadani, P.N.R., 2022).

Industri fashion menggunakan sekitar 10% dari total pasokan air yang digunakan oleh seluruh industri dalam operasi pabrik dan proses pembersihan produk mereka. Pewarnaan tekstil melibatkan penggunaan bahan kimia berbahaya yang pada akhirnya mencemari lautan. Selanjutnya, penyebab utama pencemaran lautan oleh mikrofiber plastik dari bahan sintetis. Untuk mengurangi biaya produksi, produsen sering beralih ke bahan yang mungkin memiliki kualitas rendah. Mikrofiber plastik ini tidak dapat dihilangkan, dan seringkali masuk ke rantai makanan manusia melalui organisme akuatik, yang berdampak negatif pada kesehatan (Le, N., 2020).

Kenapa Anda Perlu Memahami Fast Fashion?

Pembahasan mengenai fast fashion masih terbilang jarang di kalangan masyarakat. Akibatnya, masih banyak orang yang membeli pakaian di toko atau brand yang tergolong sebagai fast fashion karena jangka waktu produksi dan pergantian model yang cepat di beberapa brand terkenal. Semakin tinggi angka penjualan pakaian fast fashion, semakin tinggi pula dampak yang menyebabkan gangguan kesehatan dan lingkungan. Maka dari itu, penting bagi kita untuk bersama-sama meningkatkan awareness masyarakat di sekitar kita terhadap fast fashion yang selama ini masih marak digunakan dengan memberikan edukasi tentang dampak pembuatan pakaian fast fashion kepada kesehatan lingkungan dan manusia, merekomendasi brand yang dapat dijadikan alternatif, atau solusi dan langkah lain yang dapat dilakukan, seperti yang akan dibahas di bawah ini.

Apa Langkah yang Tepat untuk Mengatasi Fast Fashion?
Slow Fashion

Slow fashion mendorong adopsi model bisnis yang berbeda dan inovatif, mendukung perusahaan kecil lokal, barang-barang vintage, daur ulang, penggunaan kembali, barang bekas, dan pengurangan limbah. Memperpanjang jangka waktu pakai item tekstil merupakan salah satu strategi slow fashion yang paling efisien untuk secara signifikan mengurangi dampak lingkungan dari produksi pakaian (Centobelli et al, 2022).

Alternatif Bahan Dasar

Untuk mengurangi dampak pada kesehatan yang diakibatkan oleh bahan dasar pada pembuatan pakaian, industri dapat menggunakan alternatif lain, seperti bahan yang berasal dari tanaman yang ditanam secara berkelanjutan, di antaranya adalah kapas, rami, bambu, dan tanaman lain yang menggunakan pestisida dalam jumlah yang sedikit, irigasi, dan sumber daya lainnya. Adapun kain yang dapat digunakan, seperti katun organik, sutra, wol organik, rami, dan masih banyak bahan lain yang secara signifikan dapat menurunkan angka polusi dan memiliki kandungan bahan kimia yang lebih sedikit dan tidak berbahaya (Elizabeth, 2018).

Hal yang dapat Anda Lakukan untuk Menghindari Fast Fashion

1. Melakukan Riset

Memilih brand pakaian yang menggunakan bahan ramah lingkungan (sustainable), serta peduli terhadap hak asasi manusia pekerja dan mengikuti standar ketenagakerjaan. Hal ini dapat dilakukan dengan riset melalui internet, sosial media, dan platform lainnya. Mungkin, untuk beberapa penduduk di pedesaan sedikit sulit untuk melakukan riset dengan cara tersebut sehingga dapat dilakukan cara lain, seperti memilih pakaian yang menunjukkan keterlibatan dalam praktik bisnis yang sudah tersertifikasi. Industri fast fashion menggunakan lebih dari 8.000 bahan kimia berbahaya dalam pembuatan pakaian sintetis dan sejumlah besar di antaranya diketahui memiliki sifat karsinogenik dan dapat mengganggu hormon. Tidak dapat dipastikan bahwa bahan-bahan ini akan sepenuhnya hilang sebelum mencapai tangan konsumen yang dapat membahayakan, baik pekerja garmen maupun konsumen (Shop Duer, 2023).

2. Memakai Pakaian Bekas dan Lokal

Membeli pakaian bekas dan lokal membantu perekonomian lokal serta meningkatkan praktik keberlanjutan. Barang yang diproduksi secara lokal mengurangi emisi karena tidak perlu melakukan perjalanan jauh dari produsen ke konsumen. Di Inggris, pakaian yang digunakan menyumbangkan jejak karbon tahunan sebanyak 26,2 juta ton, setara dengan emisi tahunan dari lebih dari 2 juta orang. Setiap upaya untuk memperpanjang penggunaan pakaian kita, baik melalui perbaikan atau pembelian barang bekas, berarti kita dapat mengurangi dampak lingkungan. Dengan mengurangi pembelian barang baru, kita dapat menghindari emisi, polusi, dan masalah lain yang terkait dengan proses penanaman, penjahitan, dan penjualan (Carlile, C., 2023).

3. Menyewa Pakaian

Setiap proses pembuatan pakaian menghasilkan dampak yang cukup besar bagi lingkungan. Salah satunya adalah emisi karbon global yang dihasilkan dari proses produksi sekitar 1,7 miliar ton emisi karbon per tahun (Dominish, 2022). Cara yang dapat dilakukan yaitu melakukan penyewaan pakaian, sistem sewa berarti pakaian dapat dipakai terus-menerus, membantu mengurangi proses produksi industri pakaian secara massal dan mengurangi limbah pakaian yang terbuang setiap tahunnya.

4. Membeli Pakaian Berkualitas dan Tahan Lama

Pengurangan pembelian pakaian baru yang juga sejalan dengan pernyataan WARP (Waste and Resource Action Programme UK) bahwa perpanjangan ketahanan suatu pakaian selama sembilan bulan dapat mengurangi 8% karbon, 10% air, dan 4% limbah per ton. Membeli pakaian dengan kualitas baik dan tahan lama, kualitas suatu pakaian perlu diperhatikan untuk memperpanjang ketahanan nya (lifespan), memakai pakaian yang tahan lama membuat kita tidak gampang membeli pakaian baru karena merasa masih punya banyak, hal inilah yang dapat membantu mengurangi limbah lingkungan. Walaupun memakai pakaian yang sama berulang kali dapat menimbulkan rasa bosan, namun dapat diakali dengan membeli warna pakaian yang bervariasi dengan motif polos agar mudah untuk di mix and match.

5. Mengubah Kebiasaan

Kebiasaan untuk membuang pakaian yang rusak ataupun sudah tidak ingin dipakai bisa diatasi dengan beberapa solusi alternatif. Pertama pakaian rusak bisa dijahit atau di desain ulang mengikuti kreatifitas Anda. Kedua pakaian dapat Anda sumbangkan kepada teman, keluarga, maupun orang lain yang membutuhkan. Ketiga Anda dapat juga menjual baju bekas ke toko-toko yang memang menyediakan platform penjualan, biasanya beberapa toko juga menerima pakaian bekas dari brand mereka sendiri. Terakhir ketika memang sudah tidak layak pakai dan tidak dapat digunakan untuk hal lain, Anda bisa membuang pakaian ke tempat sampah khusus tekstil, isi dari tempat sampah khusus ini nantinya akan dikumpulkan untuk di recycle.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun