Terpelesetnya Kaki lalu Tumbang Lebih Baik daripada Terpelesetnya Lidah yang MenyakitkanÂ
Cing AtoÂ
#GuruInspiratifMadrasah
#GuruBloggerMadrasah
#SpiritKehidupan
Berita yang menghebohkan jagat dunia maya Minggu-Minggu ini membuat semua orang terkonsentrasi kepadanya. Bukan saja di Indonesia bahkan di luar negeri pun menjadi buah bibir di kalangan masyarakat sampai perdana menteri Malaysia ikut membicarakan hal itu.
Si Miftah (Gus Miftah) yang dikenal sebagai pendakwah dan sekaligus sebagai utusan khusus Presiden Bidang Kerukunan Beragama dan Pembinaan Sarana Keagamaan. Membuat ujaran yang tidak pantas dan menjatuhkan martabat seorang bapak yang sedang mencari nafkah dengan berjualan es di tengah-tengah kerumunan jamaah yang sedang mengikuti pengajian.
"Goblok" itulah ujaran yang si Miftah lontarkan kepada penjual es. Sontak saja penjual es tersipu malu sementara si Miftah dan rekan-rekan yang duduk di dekatnya tertawa tanpa dosa. Andaikan penjual es itu terpancing emosinya lalu ia tumpahkan semua gelas dan botol ke muka si Miftah habislah si Miftah.
Miris sekali hal ini terjadi apalagi dilakukan oleh seorang pendakwah dan sekaligus utusan khusus presiden. Wajar saja perbuatannya digoreng oleh para nitizen hingga menjadi viral.Â
Hal ini pun sampai ke telinga presiden sehingga Presiden menegurnya melalui Sekretaris Kabinet (Seskab) Mayor Teddy Indra Wijaya lalu dilanjutkan kepada kepala kantor komunikasi keprisidenan Hasan Hasbi sebagai mana dilansir detik news "Presiden sudah memberikan teguran kepada yang bersangkutan melalui sekretaris kabinet untuk segera meminta maaf kepada bapak Sunhaji yang mungkin saja dan sangat mungkin sangat terluka perasaannya karena kejadian kemarin."
Miftah pun datang ke rumah penjual es untuk meminta maaf atas ujaran yang tidak menyenangkan itu. Permasalahan pun selesai antara Miftah dan penjual es. Namun,di luaran sana hujatan terhadap perbuatan itu terus bergulir dan digoreng para nitizen. Tidak ketinggalan para ulama pun ikut berkomentar atas peristiwa itu. Intinya menyayangkan hal itu terjadi.
Memang apa yang dilakukan Miftah bisa masuk kategori suul adab atau adab yang buruk. Para cerdik pandai sering mengatakan banyaknya ilmu pengetahuan yang dimiliki tidak mampu menutupi satu adab, sementara satu adab bisa menutupi banyaknya ilmu pengetahuan. Maka itu, adab kedudukannya lebih penting dari ilmu.Â
Para cerdik pandai pun mengatakan tentang mana yang harus didahulukan memberikan ilmu pengetahuan atau adab terlebih dahulu. Maka mereka sepakat mendahulukan adab baru ilmu pengetahuan. Hal ini, sejalan dengan misi pertama Rasulullah menyempurnakan akhlak.Â
Terus bagaimana dengan si Miftah? Kalau kata orang Betawi "Boro-boro dia menyempurnakan akhlak masyarakat, dia aje nggak punya akhlak."
Memang menjadi pendakwah tidak semudah yang dibayangkan, di samping mempunyai ilmu pengetahuan yang luas juga mempunyai akhlak sempurna karena seluruh perkataan, perbuatan, dan tingkah lakunya akan dicontoh. Sedikit salah langkah bisa patal urusannya apalagi di era digital ini, semua perbuatan bisa terekspos keseluruh belahan dunia.
Mari peristiwa si Miftah dan penjual es bisa kita jadikan pembelajaran dalam berselancar mengarungi kehidupan ini. Pandai-pandailah memelihara lisan. Syeh Abdul Qadir Jaelani dalam Fathur Rabbani wa faidul Rahmani mengatakan "Terpelesetnya kaki lalu tumbang lebih baik dari pada terpelesetnya lidah yang menyakitkan."
Cakung,
 6 Desember 2024
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H