Mohon tunggu...
Suharto MTsN 5 Jakarta
Suharto MTsN 5 Jakarta Mohon Tunggu... Guru - Pendidik, penulis, Guru Blogger Madrasah, motivator literasi, pegiat literasi

Menulis

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Membumikan Literasi MTsN 5 Jakarta

11 November 2023   12:16 Diperbarui: 11 November 2023   12:35 132
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Membumikan Literasi MTsN 5 Jakarta 

Cing Ato

#GuruBloggerMadrasah

Jum'at, 10 November 2023. Penulis membersamai para peserta didik yang tergabung dalam ekskul literasi. Sudah dua pekan tidak berkumpul dengan mereka. Selama dua pekan penulis memberikan pekerjaan rumah kepada mereka untuk menulis tulisan memoar. Sebuah tulisan berdasarkan ingatan masa lalu yang pernah di alami. 

Sejak dua pekan itu sudah ada 15 tulisan yang sudah disetor, sementara yang lain belum menyetor dengan berbagai alasan. Ada juga si yang sedang menulis dan ada juga bingung memberikan judul. Tulisan yang sudah disetor langsung penulis jadikan satu dan di-layout seperti membuat buku. Di sela-sela waktu kosong penulis berusaha mengedit satu-persatu tulisan-tulisan yang sudah terkumpul. Butuh waktu dan konsen dalam mengedit tulisan agar enak dibaca. Maklum terkadang banyak di antara mereka memakai bahasa lisan sehari-hari. 

Sebenarnya penulis bukan ahli dalam bidang edit-mengedit, hanya saja banyak pengalaman yang penulis dapatkan dari para sahabat di saat membuat buku pribadi. Dan juga penulis mempelajari sedikit demi sedikit tentang tanda baca dan ilmu bahasa lainnya. Terkadang penulis sering menggunakan google untuk mencari kata baku. Penulis berpikir walau bukan guru bahasa, kalau mau belajar dengan tekun pasti bisa. Bisa jadi kalau terus berlatih bisa mengalahkan guru bahasa itu sendiri.

Dalam kesempatan tatap muka penulis menanyakan kepada mereka satu -persatu kenapa belum menyetor tulisan? Apakah sudah menulis? Jawaban mereka berbeda-beda. Penulis bilang kepada mereka:"Kalau ikut belajar menulis ya, harus menulis. Agar kamu belajar ada hasilnya dan tidak membuang-buang waktu percuma. Tulis saja dengan bahasa yang kamu bisa, jangan pikirkan tanda baca dahulu, biarkan nanti saya yang edit. Jangan takut tulisan jelek, karena tidak ada tulisan yang jelek. Tulisan jelek itu tulisan yang tidak selesai. Jangan juga membanding-bandingkan tulisan kita dengan tulisan orang lain, karena masing-masing kita mempunyai gaya atau genre tersendiri. Sekarang tulis saja pengalaman yang pernah dialami dan terus menulis untuk melatih diri. Semakin kalian intens menulis, pada saatnya nanti tulisan kalian semakin bagus dan enak dibaca."

Pada kesempatan itu pula penulis memberikan materi tentang teknik menulis dialog dalam sebuah tulisan. Dan juga mencoba menayangkan video dari pro writer yang disampaikan oleh David Ming seorang motivator dan penulis. Membahas tentang sebab-sebab kenapa orang gagal menulis. Setidaknya ada 8 sebab gagalnya orang untuk menulis, yaitu:

1. Belum menemukan alasan kenapa harus menulis. Sering didapatkan orang yang tidak mau menulis karena tidak mengetahui alasan untuk menulis. Banyak faktor yang menyebabkan orang menulis di antara,yaitu: bagi ASN menulis untuk kenaikan pangkat, ada yang karena cuan, menyebarkan ilmu, ibadah, dan banyak lainnya.

2. Tidak ada persiapan.  Melakukan sesuatu tanpa persiapan sama saja dengan mempersiapkan kegagalan. Biasanya bagi mereka yang ingin menulis buku, setidaknya  sudah membuat outline, jadwal menulis, referensi, dan lainnya. Kalau hal ini tidak dipersiapkan sulit kiranya untuk menulis.

3. Tidak ada target. Bagi mereka yang tidak mempunyai target, sulit rasanya terwujudnya sebuah tulisan. Andai mereka ingin membuat buku maka, bukunya tidak akan pernah terwujud. Target itu penting sebagai rimender/trigger untuk bertindak melakukan sesuatu agar goal pada waktu yang ditentukan.

4. Suka menunda-nunda. Ini sebuah penyakit ketidaksuksesan seseorang untuk mencapai target. Menulis itu harus sediakan waktu, jangan menunggu waktu kosong baru menulis, tidak akan pernah terjadi. Atau juga jangan menunggu mood baru menulis. Pastikan ada mood atau tidak ya, harus menulis. 

5. Tidak ada yang menagih. Memang kalau menulis tanpa ada yang menagih, seperti nomor 4 di atas. Penulis sekaligus pembimbing literasi selalu mengingatkan dan menagih tulisan para peserta. Hampir setiap pekan melalui group WhatsApp selalu menagih. Secara perlahan tapi pasti mereka satu-persatu menyetor tulisan mereka.

6. Tidak menyiapkan referensi. Sulit memang kalau mau menulis tanpa referensi. Apalagi kalau untuk menulis yang bersifat ilmiah/non fiksi harus berlandaskan referensi. Ya, minimal 20 buku referensi harus ada.

7. Tidak ada komunitas. Ketiadaan komunitas terkadang membuat kita enggan untuk menulis. Setidaknya dengan adanya komunitas dan kita ada di dalamnya akan mendapatkan percikan -percikan siraman semangat dari teman-teman komunitas yang rajin menulis.

8. Menulis sambil mengedit. Jangan sekali-kali selalu mengedit tulisan yang belum selesai, karena tulisan kita tak akan pernah bertambah. Kita akan tercebur ke dalam tulisan itu-itu saja. Sebaiknya, tulis saja dahulu sampai selesai. Selanjutnya beralih kepada tulisan berikutnya. Kalau tulisan semua sudah jadi, baru kita eksekusi untuk mengeitnya.

Demikian pertemuan kali ini membersamai para calon penulis hebat pada komunitas kelas belajar menulis MTs N 5 Jakarta.

Cakung, 11 November 2023

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun