Cing Ato
Self motivatedÂ
Suatu hari di zaman Rasulullah ada seorang sahabat yang kehidupannya berada di level yang paling rendah. Ia hanya mempunyai se ekor ayam, rencana ayam itu akan dijadikan hidangan pada hari raya Idul Fitri. Namun, ketika hendak disembelih ayam itu rahib dicuri orang. Ia pun kaget dan sedikit kesal sehingga terlontar dari mulutnya kata-kata yang tidak baik atau mengeluarkan sumpah serapah kepada orang yang mencuri ayamnya. Bahkan ia mendoakan si pencuri yang tidak baik setiap ia habis salat.
Namun, apa yang terjadi pada orang miskin itu. Hari demi hari kehidupannya semakin parah. Ia pun mengadukan masalahnya kepada Rasulullah saw. Ia ceritakan apa yang terjadi pada dirinya setelah kehilangan ayamnya.
Rasulullah saw menasehati seorang sahabat yang miskin itu:"Engkau telah mengambil hak Allah dalam memutuskan sesuatu. Bagaimana mungkin doa-doamu akan dikabulkan Allah. Kenapa kamu tidak berpikir bahwa orang yang mencuri ayammu mungkin lebih susah darimu. Mintakanlah  kebaikan baginya, doakan baginya agar mendapatkan keberkahan dan halalkanlah ayam yang telah dicurinya. Serahkan urusanmu kepada Sang Maha Pengurus. Biarlah Sang Maha Pengurus yang mengurusinya karena Ia yang lebih segalanya."
Setelah mendapatkan nasihat dari Rasulullah ia selalu mendoakan orang yang pernah mencuri ayamnya. Ia pun mengikhlaskan dan menghalalkan apa yang telah diambil si pencuri. Hatinya menjadi lapang tidak lagi keluh kesah dalam hidupnya.
Beberapa hari kemudian si pencuri mendatangi rumah sahabat yang miskin itu. Si pencuri datang dengan membawa dua ekor ayam dan barang lainnya yang berharga. Si pencuri datang dalam kondisi berpenyakitan. Si pencuri berkeyakinan bahwa penyakitnya ada kaitannya dengan pencurian ayam milik si miskin.
Si pencuri meminta maaf dan minta dihalalkan ayam yang ia pernah curi. Sebagai gantinya ia memberikan dua ekor ayam dan barang lainnya. Si miskin sudah memaafkan dan menghalalkan sebelum si pencuri meminta dihalalkan.Â
Cerita di atas tentang mengambil hak Allah--menghukum si pencuri dengan perbuatan mengumpat dan mendoakan yang buruk-- bisa kita jadikan pembelajaran dalam setiap langkah dalam menjalankan hidup ini.
Betapa banyak dari kita, bahkan diri kita sendiri sering melakukan sumpah serapah kepada orang yang mengambil hak kita, padahal kita tidak mengetahui kondisi orang yang mengambil hak kita.
Mungkin pernah kita menyaksikan di negeri kita ini, bagaimana seorang pengusaha perkebunan membawa keranah hukum seorang nenek miskin hanya bersebab mengambil beberapa buah kapuk randu yang sudah terjatuh. Ada juga yang mengambil beberapa buah coklat, hanya ingin menyabung hidup karena kelaparan dipenjarakan.
Coba kita perhatikan dan ingat-ingat kembali peristiwa pencurian yang dilakukan seorang yang sangat miskin pada zaman Khalifah Umar bin Khattab. Si miskin mencuri karena kelaparan, sementara di sekeliling tempat tinggalnya adalah orang -orang yang serba kecukupan. Si pencuri di bawah ke depan Umar bin Khattab. Apa keputusan Umar? Justru yang dihukum adalah para orang -orang kaya itu bukan pencurinya. Karena orang -orang kaya itu telah menelantarkan orang miskin yang berada di daerahnya.
Demikian dalam hidup ini, ketika ada barang kita yang hilang dicuri orang tidak perlu sumpah serapah. Serahkan saja pada Allah. Kalau memang itu rejeki kita, pasti akan kembali kepada kita. Kalaulah tidak kembali katakanlah mungkin pencuri itu lebih membutuhkan barang itu. Namun, sebelumnya ada sebuah ikhtiar untuk mencari tahu keberadaannya.
Cakung, 21 Oktober 2023
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H