Melihat demikian Zaenudin mengajak beliau untuk tinggal bersama. Dengan sedikit terpaksa beliau berdua menyanggupi. Hiduplah mereka dalam satu rumah. Setelah beberapa Minggu, Azis suami Hayati pamit untuk mencari pekerjaan dan meninggalkan Hayati. Jika pekerjaan sudah didapatkan Hayati akan dijemputnya.
Berapa Minggu berikut ada berita dikoran ada penemuan bangkai manusia di Hotel dengan inisial Azis. Hancurlah sudah hati Hayati. Di samping itu juga sebelum bunuh diri Azis berkirim surat kepada Hayati dan isinya menceraikan Hayati, selanjutnya mengembalikan kepada Zaenudin.
Sebenarnya Zaenudin masih mencintai Hayati. Begitu juga dengan Hayati. Namun, Zaenudin sepertinya masih sakit hati dengan perkataan Hayati pada surat terakhirnya."Aku seorang gadis yang miskin dan tuan pun hidup  dalam melarat pula, tak punya persediaan yang cukup untuk menegakkan rumah tangga,... "  Dan memandang Hayati telah ingkar janji atas ucapannya yang ingin menunggu Zaenudin kapanpun.
Zaenudin memerintahkan kepada Hayati untuk pulang, segala perokosan, uang jajan selama perjalanan pulang ke MinangKabau di tanggung oleh Zaenudin. Bahkan, akan mengirimi uang untuk kebutuhan sehari-hari selama belum bersuami.
Dengan diantar bang Muluk asisten Zaenudin Hayati berangkat menuju pelabuhan di Surabaya. Naiklah Hayati ke kapal laut Van Der Wijck. Sementara bang Muluk pulang ke rumah Zaenudin. Entah berapa jam berlalu terdengar kabar bahwa kapal Van Der Wijck tenggelam. Kabar tersiar dengan cepat hingga sampai ke telinga Zaenudin. Ia kaget mengingat ada Hayati dalam kapal itu. Benar saja salah satu kurbannya Hayati.Â
Zaenudin dan bang Muluk langsung mendatangi rumah sakit dan ia temukan Hayati tak sadarkan diri. Setelah bangun Zaenudin meminta maaf atas apa yang diperbuat. Tidak beberapa lama Hayati menghembuskan nafas terakhirnya. Hayati di makamkan di Surabaya. Selang beberapa bulan Zaenudin pun menyusul Hayati menghadap Sang Ilahi.
Itulah perjalanan cinta dua anak manusia yang berakhir dengan tenggelamnya Kapal Van Der Wijck. Sedih namun sedikit kecewa bersebab dendam di hati, sesuatu yang sudah di depan mata dibiarkan saja menghilang begitu saja. Padahal cinta mereka berdua masih bersemi dan tak kunjung padam.
Cakung, 23 September 2023
,............
Sumber: Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck, Hamka. Â Cet.1, Jakarta: Gema Insani: 2017
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H