Mohon tunggu...
Suharto MTsN 5 Jakarta
Suharto MTsN 5 Jakarta Mohon Tunggu... Guru - Pendidik, penulis, Guru Blogger Madrasah, motivator literasi, pegiat literasi

Menulis

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Revisi: Setelah Operasi Pertama Gagal, Mencoba Operasi Kedua

13 Agustus 2023   17:06 Diperbarui: 13 Agustus 2023   17:11 386
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Penulis pun meluncur ke rumah sakit. Alhamdulillah, perjalanan lancar tak butuh bermacet ria. Biasanya jam pulang kerja di sekitar jalan menuju rumah sakit kendaraan merayap dan tersendat-sendat. Bahkan, terkadang macet total. Karena di sepanjang jalan Tipar Cakung ada beberapa titik kemacetan.

Penulis sering mengatakan kepada supir ketika kita berada di jalan"Itulah realita di jalan, ada kalanya lancar dan ada kalanya macet. Begitu juga dengan hidup yang kita jalani. Ada kalanya lancar usaha kita dan ada kalanya sulit usaha kita. Maka itu, kita nikmati saja sambil melakukan yang kita bisa untuk melupakan semua itu."

Sampailah penulis di rumah sakit. Penulis langsung ke bagian pendaftaran rawat inap, selanjutnya penulis dihantar menuju ruang inap. Bermalamlah penulis di ruangan yang hanya ditempati oleh dua orang pasien. Sepertinya penulis tidak menempati ruang kelas satu. Mungkin, karena ruangan kelas satu penuh, jadi penulis di tempatkan pada kelas yang lain. Tetapi enak si, sebenarnya penulis tidak mempermasalahkan. Bagi penulis yang terpenting ada ruangan untuk penulis istirahat guna mempersiapkan sebelum dan sesudah operasi.

Sabtu, 12 Agustus 2023 pukul 11.00 wib, penulis memasuki ruang operasi. Penulis lihat banyak pasien yang sedang melakukan operasi, terlihat dengan banyaknya keluarga pasien yang menunggu di depan ruang operasi. Penulis langsung dimasukkan ke ruang operasi. Para petugas operasi langsung menyiapkan apa yang seharusnya disiapkan untuk pelaksanaan operasi.

Penulis sudah berada di bawah puluhan lampu yang menyinari sebagian tubuh. Penulis sedang menunggu pembiusan yang langsung diletakkan di hidung. Tapi, kali ini tidak. Tiba-tiba wajah penulis ditutup, sementara penulis masih kondisi sadar. Dalam pikiran penulis"Loh, kok tidak dibius." Seperti operasi yang pertama dahulu. Penulis ingin bertanya kepada dokter, tetapi penulis urungkan.

Penulis mendengar percakapan di antara beberapa dokter.
"Tidak dibius total?" Tanya dokter poli
"Tidak, karena tensinya agak tinggi," jawab tim bedah

"Oh, itu alasannya, kenapa saya tidak dibius total,"ucap penulis dalam hati.

Sebenarnya penulis senang tidak dibius total, karena kalau dibius total tidak akan sadarkan diri cukup lama. Penulis khawatir kalau tidak sadar-sadar, bisa wasallam....

Dokter bedah pun menyuntikkan tiga kali jarum suntik di samping bagian yang berlubang.

"Maaf Pak, sedikit sakit. Tahan ya!" Ucap dokter bedah sambil meminta penulis menahan.

Penulis merasakan sakitnya ketika jarum-jarum suntikan ditusukkan. Badan penulis sedikit bergoyang menahan sakit. Penulis pun mengucapkan kalimat-kalimat zikir walau terkadang lupa, karena penulis hanyut dan fokus merasakan jarum-jarum jahit yang sedang mengobras kulit leher.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun