Bukan Seberapa Tajamnya Pedang. Tetapi, Seberapa Besar Nilai Kesungguhan.
Cing Ato
#CatatanHarianGuruBloggerMadrasah
Sambil tiduran penulis merenung sejenak dan berucap dalam hati. "Apa ya, yang bisa aku tayangkan untuk memotivasi para siswa dalam menghadapi ujian." Kemudian penulis bangun dan mencoba membuka laptop. Penulis punya puluhan film motivasi yang tersimpan di file motivasi. Kebetulan waktu masih sehat penulis senang mempelajari tentang motivasi dan mempraktikkannya kepada para siswa. Terutama menjelang ujian. Sebagai persiapan mental para siswa dalam menghadapi ujian.
Kini sebenarnya ujian sekolah tidak seseram ujian Nasional. Dahulu sebelum ujian Nasional sekolah sudah jauh-jauh hari mempersiapkan segala sesuatunya untuk mendongkrak hasil ujian. Mulai mengadakan pendalaman materi, kegiatan malam istighosah dan motivasi.Â
Tegang, stress, dan takut tidak lulus itu yang ada pada diri siswa. Pimpinan pun ketar-ketir kalau banyak siswa yang tidak lulus, karena menyangkut kridibel nama sekolah. terkadang apapun dilakukan demi para siswa lulus.
Sekarang sekolah lebih santai dan siswa pun juga ikut santai. Karena ujian sekolah dibuat oleh guru mata pelajaran pada sekolah itu juga. Setidaknya setiap guru sudah mengetahui apa yang harus diperbuat.
Waktu ujian tinggal hitungan hari setelah penilaian akhir tahun. Para siswa pun butuh represing dan tidak melulu dijejalkan materi. Maka itu, penulis mempunyai suatu ide memberikan motivasi. Penulis membuka file film motivasi yang ada. Setelah penulis perhatikan film itu seperti tidak pas untuk para siswa.
Penulis mencari film yang bisa memotivasi diri para siswa. Penulis ingat ada film karya A. Fuadi yang diangkat dari novel beliau yang berjudul Negeri 5 Menara dan 3 Rana Warna. Setelah penulis lihat dan pelajari penulis lebih tertarik dengan film Negeri 5 Menara. Dalam penggalan film itu ada yang menarik, yaitu ketika seorang ustaz memasuki ruang kelas dengan membawa sebuah pedang dan sebatang kayu.
Setelah guru memperkenalkan dirinya, beliau langsung mengeluarkan pedang dari sarungnya. Pedangpun diayunkan terus menerus mengenai sebatang kayu hingga sebatang kayu itu menjadi dua.
Dengan kepayahan dan nafas turun naik ustad itu bangkit sambil tangan kanannya memegang pedang dan tangan kirinya memegang satu bagian dari sebatang kayu yang telah terbagi dua. Lalu beliau berkata,"Bukan karena tajamnya pedang kayu yang keras ini terputus. Tetapi, karena kesungguhan." Begitulah kurang lebihnya.
Lalu pak ustaz dengan semangat membaja dan suara yang semakin lantang berungkali mengucapkan kalimat mahfuzat berbahasa Arab Man Jadda Wa Jada kepada para santri.
Pak ustaz sambil berjalan ke belakang menghampiri para siswa mengucapkan kalimat Man Jadda Wa Jada. Hingga semua para santri mengikuti dengan sangat antusias sambil mengepalkan tangan dan bahkan berdiri. Suara gemuruh hampir memecahkan ruang kelas. Wow, luar biasa suasana yang digambarkan dalam adegan film itu.
Penulis lalu mematikan film dan tidak meneruskan, karena adegan pak ustaz itu yang akan penulis diskusikan kepada para siswa kelas 9. Selanjutnya penulis mengajak diskusi kepada para siswa sambil bertanya,
    "Apa yang kamu lihat dari film yang baru saja kalian lihat?"
    "Tentang meraih kesuksesan," jawab mereka.
    "Apa syarat-syarat meraih kesuksesan yang digambarkan dalam adegan film itu?" Tanya penulis lagi.
Satu persatu mereka menjawabnya, lalu penulis menyusunnya menjadi 4 syarat untuk meraih atau menggapai kesuksesan, Yaitu:
1. Adanya kesungguhan. Sesuai konsep "Man Jadda wa Jadda." Yang dibacakan oleh pak ustad dalam film itu. Kesungguhan adalah modal awal dalam menggapai kesuksesan. Tanpa kesungguhan sulit rasanya untuk menggapai kesuksesan. Begitu juga dalam belajar, hanya siswa yang sungguh-sungguh dalam belajar mereka yang akan menuju kesuksesan.
2. Kontinuitas/ Dawam. Diperlihatkan dalam film itu bagaimana pak ustaz melayangkan pedang berkali-kali disebatang kayu hingga putus terbagi dua. Sehingga pak ustaz berkata sebagai mana yang telah ditulis di atas."Bukan karena tajamnya pedang sehingga terputus sebatang kayu, tapi karena kesungguhan." Dan melakukan secara kontiunitas. "Ingat, untuk mencapai kesuksesan butuh kontiunitas terus menerus dilakukan. Ingat kalian tahu Alva Edison seorang penemu lampu pijar. Beliau hampir 1900 kali mencoba dan gagal, hingga pada akhirnya ia mencapai kesuksesan itu," jelas penulis kepada para siswa.
3. Fokus, dalam adegan film pak ustaz tidak pernah matanya menerawang ke mana saja. Tetapi, pak ustaz fokus melayangkan pedangnya berkali-kali hingga putus sebatang kayu terbagi dua. Begitu juga dalam menggapai kesuksesan dalam belajar harus fokus. Buang jauh-jauh apa saja yang mencoba menghalangi untuk fokus.
4. Lelah, mengapai kesuksesan tidak semudah membalik telapak tangan. Butuh tenaga ekstra, butuh waktu, dan butuh pengorbanan. Hal ini digambarkan oleh pak ustaz dalam adegan film. Pak ustaz setelah melayangkan berkali-kali pedang hingga putus. Beliau menarik nafas dan menghembuskan beberapa kali, lalu mengekpresikan wajahnya seperti orang kelelahan. Ini menggambarkan bahwa kesuksesan diraih dengan kelelahan dan keletihan.Â
Hal ini sesuai dengan statement imam Syafi'i.
"Siapa orang yang tidak tahan dari pahitnya belajar, ia akan merasakan pahitnya kehidupan." Kurang lebihnya seperti itu.
Kesuksesan bukan diukur dari kepintaran, tetapi diukur dari seberapa jauh nilai kesungguhan. Orang pintar belum tentu sukses. Terkadang kesuksesan lahir dari orang biasa yang luar biasa.Â
Sebagaimana BJ. Habibie mengatakan."Kesuksesan bukan milik orang cerdik pandai, tetapi kepunyaan orang yang mau berusaha lagi tekun."
Itulah makna yang diucapkan oleh pak ustad ketika berhasil memutus sebatang kayu yang keras dengan sebilah pedang.
"Bukan Seberapa Tajamnya Pedang, tetapi seberapa besarnya nilai kesungguhan."
Cilincing, 21 Maret 2023.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H