Mohon tunggu...
Suharto MTsN 5 Jakarta
Suharto MTsN 5 Jakarta Mohon Tunggu... Guru - Pendidik, penulis, Guru Blogger Madrasah, motivator literasi, pegiat literasi

Menulis

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kesuksesan yang Sebenarnya

24 Agustus 2022   18:52 Diperbarui: 24 Agustus 2022   19:04 178
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kesuksesan

Setiap orang tua menghendaki anak-anaknya sukses. Namun, setiap orang berbeda-beda dalam mendefinisikan arti sebuah kesuksesan.

Suatu hari penulis membaca sebuah tulisan yang sangat inspiratif dan bahkan pernah melihat videonya. Diceritakan, ada sebuah keluarga yang sangat berobsesi menjadikan anak-anaknya menjadi orang hebat. Maka itu, semua anaknya di berikan pendidikan yang mudah untuk mengumpulkan pundi-pundi emas, sementara pendidikan agama kurang diperhatikan.

Semua anaknya pun sukses dengan kariernya yang cukup menjanjikan. Otomatis seluruh kemewahan dunia mudah didapatkan. 

Beliau sebagai orang tua sangat bangga. Saking bangganya beliau pun menulis dalam sebuah buku tentang bagaimana menciptakan anak yang hebat. Buku itu pun best seller dan terpampang di etalase-etalase toko buku ternama.

Suatu hari ada sebuah kejadian yang sangat memilukan dan menyayat hatinya. Kejadian ini merupakan sebuah teguran terhadap dirinya. Sehingga beliau pun menarik seluruh bukunya dan memohon maaf kepada para pembaca bukunya.

Ketika istrinya sedang sakit tak satupun anak-anaknya berada di sampingnya. Semua anak-anaknya dihubungi untuk melihat ibunya. Tapi, jawabannya semua sama sedang sibuk meeting, ada urusan yang tidak bisa ditunda, dan sejuta kesibukan lainnya. Mereka tidak punya waktu untuk ibundanya hingga meninggal tak satupun yang datang menghadiri.

Beliau menyesal dengan kejadian ini. Kesuksesan yang diciptakannya tidak membawa kebahagiaan, ternyata anak-anaknya lebih mementingkan karier dan urusan duniawian daripada empatinya terhadap sesama dan orang tuanya.

Akhirnya beliau menarik diri dari kesibukan dunia lalu belajar dan menekuni agama. Semua asetnya beliau wakafkan untuk membangun sebuah pondok pesantren dan beliau berkecimpung di dalamnya. Sisah-sisah hidupnya hanya untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT.

Kisah di atas tentang salah memberikan pendidikan kepada anak dan menganggap kesuksesan dan kebahagiaan terletak pada karier-karier atau gelar-gelar yang mudah untuk menghasilkan pundi-pundi emas, bisa kita jadikan pembelajaran dalam berselancar mengarungi samudera kehidupan ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun