Mohon tunggu...
suharni
suharni Mohon Tunggu... Guru - Guru SMAN 1 Negerikaton

hobi membaca

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Modul 1.1. Koneksi Antar Materi-Kesimpulan dan Refleksi Pemikiran KHD

29 Mei 2023   08:30 Diperbarui: 29 Mei 2023   08:36 438
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Tugas1.1.a.8. Koneksi Antar Materi-Kesimpulan dan Refleksi Modul 1.1

Sebuah Kesimpulan dan Refleksi Pengetahuan dan Pengalaman Baru Dari Pemikiran Ki Hajar Dewantara Tentang Pendidikan

Modul 1.1. Koneksi Antar Materi-Kesimpulan dan Refleksi Pemikiran KHD

Oleh Suharni, S.Pd

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Sebelum memulai tulisan ini, izinkan saya untuk memperkenalkan diri saya terlebih dahulu. Saya, Suharni, S.Pd merupakan calon guru penggerak angkatan 8 dari SMAN 1 Negerikaton Kabupaten Pesawaran Provinsi Lampung. Saya akan menyampaikan kesimpulan dan refleksi terhadap materi modul 1.1 tentang filosofi pemikiran Ki Hajar Dewantara. 

Ki Hajar Dewantara merupakan serang tokoh yang fokus bergerak pada bidang pendidikan bagi anak bangsa sejak zaman penjajahan Belanda. Beliau terlahir sebagai bangsawan di tanah Jawa dengan nama lahir Raden Mas Soewardi Soeryaningrat. Kiprah beliau  dalam dunia pendidikan amatlah penting. Pemikiran-pemikiran beliau tentang pendidikan telah banyak dijadikan sebagai acuan dan pedoman dalam perbaikan pendidikan di tanah air. Sebagai satu penghomatan atas jasa-jasa beliau dalam dunia pendidikan hari lahir Ki Hajar Dewantara, 2 Mei ditetapkan sebagai hari Pendidikan Nasional. 

Pada masa kolonial Belanda, pendidikan di Indonesia hanya dapat dirasakan oleh orang-orang tertentu dan dari kaum bangsawan. Kondisi tersebut menggelitik kalbu Ki Hajar Dewantara hingga pada 3 Juli 1922 beliau mendirikan sekolah "Taman Siswa" di Yogyakarta. Prinsip dasar dalam pendidikan Taman Siswa yang menjadi pedoman bagi seorang guu di kenal sebagai Patrap triloka, yang memiliki unsur-unsur:

  • Ing ngarso sung tulodo (yang di depan memberi teladan)

  • Ing madyo mangun karso ( di tengah membangn kemauan/inisiatif)

  • Tut wuri handayani (di belakang memberi dorongan/dukungan)

Patrap Triloka ini kemudian digunakan sebagai panduan dan pedoman dalam dunia pendidikan di Indonesia. 

Lahinya sekolah Taman Siswa tersebut kemudian menjadi pintu gerbang kemerdekaan pendidikan dan kebudayaan bangsa. Berkat jasa Ki Hajar Dewantara sehingga semua warga negara Indonesia dapat menikmati, dan mengikuti pendidikan dan pengajaran. 

Menurut Ki Hajar Dewantara pendidikan adalah tuntunan di dalam hidup tumbuhnya anak-anak. Hal ini mengandung arti bahwa pendidikan menuntun segala kekuatan kodrat, baik kodrat alam maupun kodrat zaman, yang ada pada anak-anak agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat. 

Kodrat alam berhubungan dengan lingkungan anak berasal berupa sikap dan karakter. Berbeda anak tentu berbeda karakter dan berbeda pula cara memperlakukannya. Sedangkan kodat zaman mengandung arti sikap terbuka pada perkembangan zaman dengan tetap mengedepankan nilai, norma, adat dan budaya bangsa. Sikap terbuka pada perkembangan zaman ini penting agar anak-anak dapat memantaskan dirinya untuk bersaing dalam dunia pendidikan tidak hanya di Indonesia tapi juga di  seluruh dunia.

Pendidik atau guru hanya bisa menuntun, memberi contoh, membangun semangat, mendorong, memberi dukungan, dan memotivasi anak-anak untuk menebalkan laku mereka. Sebagaimana yang Ki Hajar Dewantara rangkum dalam patrap triloka. 

Ki Hajar Dewantara mengibaratkan seorang pendidik layaknya seorang petani atau tukang kebun yang berfungsi menuntun tumbuh atau hidupnya segala kekuatan kodrat yang ada pada anak, agar memperbaiki laku hidupnya, menebalkan karakter baik yang melekat pada diri anak. Pendidikan adalah tempat persemaian benih-benih, sedangkan pendidik bertugas menyirami, merawat dan mengembangkan benih-benih tersebut dengan sepenuh hatinya. Ki Hajar Dewantara memaparkan bahwa sebagai pendidik hendaknya "menghamba" pada anak didik. Hal ini mengandung arti bahwa pendidik melayani, memahami karakter, dan memberikan perlakuan sesuai karakter masing-masing anak. 

Selanjutnya saya akan merefleksikan diri melalui 3 pertanyaan :

  1. Apa yang Anda percaya tentang murid dan pembelajaran di kelas sebelum Anda mempelajari modul 1.1?

Sebelum mempelajari modul 1.1 mengenai refleksi pemikran Ki Hajar Dewantara, sebagai seorang guru saya memiliki pandangan dan pemikiran bahwa :

  • Mengajar sama dengan mendidik

  • Guru sebagai sumber utama dalam prses pembelajaran (Teacher center)

  • Tindakan tegas dan menghukum kesalahan yang dibuat anak akan mampu mengubah perilaku mereka.

  • Anak layaknya kertas kosong (tabula rasa) yang dapat dilukis sesuai kehendak guru sebaga pendidik

  • Tugas guru adalah mentransfer ilmu sesuai tuntutan kurikulum yang ada dan mengharapkan semua anak mempunyai kompetensi yang sama  tanpa memperhatikan kemampuan dan keunikan masing-masing anak.

  • Berasumsi bahwa semua anak mempunyai kemampuan yang sama sehingga dalam hal pemberian tugas dan pekerjaan, sama untuk semua siswa dalam satu kelas.

  1. Apa yang berubah dari pemikiran atau perilaku Anda setelah mempelajari modul ini?

Setelah mempelajari modul 1.1. refleksi pemikiran KHD tentang pendidikan, membuat pemikiran saya terbuka bahwa pendidikan dan pengajaran tidaklah sama. Pengajaran adalah bagian dari pendidikan. Pengajaran adalah proses pendidikan dalam memberi ilmu atau berfaedah untuk kecakapan hidup secara lahir dan batin. Sedangkan pendidikan merupakan suatu tuntunan dalam hidup tumbuhnya segala kekuatan kodrat yang ada pada diri anak agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahgiaan yang setingg-tingginya baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat. 

Menurut Ki Hajar Dewantara, proses pendidikan harus berpusat pada anak agar potensi yang ada pada diri anak dapat berkembang dengan baik. Anak bukanlah tabula rasa, anak bukanlah kertas kosong. Anak mempunyai keunikan dan kemampuan masing-masing. Tindakan menghukum yang dilakukan guru atau pendidik hanya akan merubah perilaku anak karena d dasarkan pada rasa takut, bukan karena adanya kesadaran akan poentingnya pendidikan.

Hidup tumbuhnya anak itu di luar kecakapan atau kehendak kita kaum pendidik. Pendidik hanya bertugas memberikan tuntunan dengan memahami kodrat yang ada pada diri anak, mengembangkan bakat dan minat mereka, menebalkan segala bentuk kecerdasan pada diri anak sehingga anak tidak hanya memiliki kecerdasan intelektual, tapi juga kecerdasan emosi dan kecerdasan spiritual. 

Seperti seorang petani, ia tidak akan dapat mengubah biji padi tumbuh menjadi jagung atau sebaliknya. Akan tetapi ia hanya mampu merawat, memberikan pupuk, menghilangkan hama-hama pengganggu dari tanaman tersebut agar ia dapat tumbuh dengan baik hingga tiba masa panen. 

Begitu pun pendidik hanya dapat merawat, memberikan motivasi dan semangat, mendorong anak untuk fokus pada kelebihan yang ada pada dirinya,melejitkan potensi yang dimilikinya,   membersamainya, melayaninya dengan penuh kasih sayang hingga suatu ketika anak tersebut mampu menjadi dirinya yang mampu memberi manfaat baik bagi dirinya sebagai pribadi maupun bagi orang lain, masyarakat, bangsa dan negaranya.

  1. Apa yang dapat segera Anda terapkan lebih baik agar kelas Anda mencerminkan pemikiran KHD?

Yang dapat saya terapkan lebih baik agar mencerminkan pemikiran KHD adalah bahwa saya harus memberikan tuntunan kepada anak dengan lebih sabar dan ikhlas, menyayangi mereka dengan sepenuh hati, dan mendorong segala potensi karakter baik yang ada pada diri anak agar dapat bertumbh dan berkembang dengan baik. 

Dalam mendidik saya akan mencoba menerapkan patrap triloka yang dipaparkan oleh KHD. Ing ngarsa sung tulodo, sebagai seorang guru saya akan berusaha untuk selalu memberi teladan bagi anak didik agar mereka bisa melihat dan mencontohnya untuk bekal mereka kelak, dan menghindari pemberian hukuman. Ing madyo mangun karso, di tengah memberi motivas dan semangat. Tut wuri handayani, di belakang memberi dukungan dan dorongan. Mengenali lebih dalam sifat dan karakter anak, latar belakang keluarga dan lingkungannya, serta menjalin hubungan atau komunikasi yang baik dengan orang tua. 

Berusaha untuk memberi pembelajaran yang kreatif dan inovatif sehingga menarik minat anak untuk belajar. Dengan demikian kemerdekaan belajar secara perlahan akan terwujud. Anak belajar dengan rasa aman, nyaman, dan bahagia.

Demikian kesimpulan dan refleksi saya tentang pemikiran Ki Hajar Dewantara. Semoga artikel ini dapat bermanfaat bagi saya dan bagi semua insan pendidik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun