Mohon tunggu...
Suhari Ete
Suhari Ete Mohon Tunggu... Administrasi - Batam, Kepulauan Riau

Tidak akan ada langkah keseribu jika langkah pertama tidak dilakukan. Maka, melangkah, jangan tunda-tunda lagi..just do it!! Twitter :@suhariete

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Ketum Instan Vs Tidak pernah Ganti Ketum

26 September 2023   16:08 Diperbarui: 26 September 2023   16:21 216
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Gambar : Detikcom

Kaesang Pangarep resmi ditunjuk secara Instan menjadi Ketua Umum Partai Solidaritas Indonesia (PSI) menggantikan Giring Ganesha. Penunjukkan Kaesang dilakukan melalui Kopi Darat Nasional (Kopdarnas), yang digelar di Djakarta Theater, Jakarta Pusat, Senin (25/9/2023). Menurut saya memilih ketua umum partai politik secara instan dapat memiliki dampak buruk yang signifikan pada sistem politik dan kualitas kepemimpinan

Proses pengangkatan Kaesang tidak memberikan cukup waktu bagi anggota partai atau pemilih untuk melakukan penilaian yang matang terhadap calon-calon yang bersaing. Ini bisa mengakibatkan pemilihan yang kurang informatif dan berdasarkan penilaian yang dangkal.

Pemilihan yang instan dapat memungkinkan para pemimpin partai untuk mengendalikan proses secara lebih besar. Ini dapat menghilangkan elemen demokratis dalam pemilihan kepemimpinan partai dan membatasi partisipasi anggota partai.

Tanpa proses yang ketat dan transparan, ada risiko lebih tinggi untuk praktik nepotisme dan korupsi dalam pemilihan ketua umum partai. Calon yang memiliki hubungan pribadi dengan anggota partai atau memiliki sumber daya keuangan yang besar mungkin memiliki keunggulan yang tidak adil.

Pemilihan instan mungkin tidak memberikan cukup waktu bagi partai untuk membangun konsensus internal dan menyatukan berbagai faksi. Ini bisa mengarah pada fragmentasi partai, di mana kelompok-kelompok dalam partai memiliki pandangan yang berbeda-beda dan sulit untuk mencapai kesepakatan.

Kepemimpinan partai yang dipilih secara instan mungkin cenderung membuat keputusan yang terburu-buru tanpa melakukan evaluasi yang matang atau mendengarkan pandangan yang beragam. Ini dapat menghasilkan kebijakan yang kurang terencana dan kurang baik.

Dalam pemilihan yang tergesa-gesa, anggota partai dan pemilih mungkin tidak memiliki waktu yang cukup untuk menguji rekam jejak calon atau meminta pertanggungjawaban atas tindakan mereka. Ini dapat mengurangi akuntabilitas pemimpin terpilih.

Pemilihan ketua umum partai politik yang instan dapat mengganggu prinsip-prinsip demokrasi internal partai dan menghasilkan kepemimpinan yang kurang berkualitas. Oleh karena itu, penting untuk memiliki proses pemilihan yang baik, transparan, dan berdasarkan pertimbangan yang cermat untuk memastikan pemilihan pemimpin yang sesuai dengan kepentingan dan visi partai politik secara keseluruhan..

Sementara ketua umum partai politik yang menjabat terlalu lama juga  dapat memiliki dampak buruk pada sistem politik partai tersebut

Jika seorang ketua umum partai menjabat terlalu lama, ia dapat mengakumulasi kekuasaan yang berlebihan di dalam partai politik. Hal ini dapat menghambat perkembangan pemimpin baru dan gagasan segar, sehingga menciptakan ketidakseimbangan dalam pengambilan keputusan.

Kepemimpinan yang terlalu lama cenderung menghasilkan stagnasi dalam partai politik. Pemimpin yang telah lama berkuasa mungkin enggan untuk mempertimbangkan ide-ide baru atau perubahan yang diperlukan, yang dapat menghambat perkembangan partai.

Dalam jangka panjang, kepemimpinan yang berkelanjutan oleh satu individu dapat menghalangi perkembangan pemimpin alternatif yang kompeten. Ini mengurangi kesempatan bagi anggota partai untuk mengembangkan kemampuan kepemimpinan mereka.

Anggota partai yang merasa kepemimpinan terlalu lama mungkin menjadi tidak puas. Ini dapat mengakibatkan perpecahan internal dalam partai, konflik, atau bahkan pemisahan diri dari anggota yang tidak setuju dengan kepemimpinan yang ada.

Dalam pemilihan umum, pemilih mungkin menjadi bosan atau kehilangan minat karena persepsi bahwa partai tersebut kurang demokratis dan terlalu terkonsentrasi pada satu individu. Ini bisa mengakibatkan penurunan dukungan pemilih.

Oleh karena itu, penting bagi partai politik dan masyarakat untuk mempertimbangkan batas waktu yang wajar untuk kepemimpinan partai, dan untuk mengadopsi proses yang transparan dan demokratis dalam pemilihan kepemimpinan. Ini dapat membantu mencegah terjadinya dampak negatif yang disebabkan oleh kepemimpinan yang terlalu lama.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun