Namun, setelah sekian lama, lukanya tidak menunjukkan tanda-tanda untuk sembuh. Bapak Andreas merasa gatal di area sekitar luka, sehingga ia sering menggaruk dengan kuku tangan. Selain menggaruk, ia juga menangani lukanya dengan mengoleskan minyak kelapa di area luka.
Meski kakinya luka, Bapak Andreas tetap bekerja sebagaimana petani lainnya di dusun tersebut. Ia bekerja di ladang di belakang rumah yang ditanami singkong, ubi jalar, pisang, dan berbagai jenis tanaman lainnya.
Suatu hari, ia kembali membelah kayu menggunakan kapak. Saat mengayunkan kapak, bilah kapak itu tergelincir dari kayu sasaran dan berbelok menuju tulang kering bagian kiri. Luka kedua ini kurang lebih berjarak 5 cm di atas luka pertama, dan luka ini cukup panjang seperti ukuran bilah kapak.
Bapak Andreas memperlakukan luka kedua itu sama seperti luka pertama. Ia menghentikan darah dengan tempelan daun Sufmuti, kemudian mengoleskan luka dengan minyak kelapa. Tapi, luka-luka itu tidak kunjung sembuh hingga bertahun-tahun lamanya.
Bapak Andreas beralasan puskesmas terlalu jauh ketika saya menanyakan kenapa tidak berobat ke fasilitas kesehatan. Selain itu, ia juga mengeluh soal biaya. Ia mengaku tidak memiliki kartu BPJS dan tidak sanggup memenuhi biaya transportasi selama pengobatan. Karena itu, ia memilih untuk bertahan saja di rumahnya.
Luka Bapak Andreas terlihat agak kehitaman. Kondisi itu disebabkan karena sudah banyak jaringan mati di area sekitar luka, tapi tidak pernah dibersihkan.
Secara teoritis, luka sebenarnya bisa sembuh kalau kondisinya bersih dan ditunjang dengan asupan nutrisi yang baik. Tapi kalau area luka tidak bersih, maka akan berisiko terjadinya infeksi, sehingga makin sulit untuk sembuh.
Sebagai mahasiswa yang sedang menerapkan asuhan keperawatan keluarga, saya membandingkan apa yang dilakukan oleh Bapak Andreas dengan tugas kesehatan keluarga.
Secara umum, ada lima tugas kesehatan keluarga, yaitu mengenal masalah kesehatan; mengambil keputusan atas masalah yang dialami; kemampuan merawat; memodifikasi lingkungan; dan memanfaatkan fasilitas kesehatan.
Bapak Andreas memang sudah mengenal masalah yang ia alami. Ia sadar mengalami luka, tapi tidak menyadari kalau luka itu bisa membahayakan dirinya kalau tidak diobati dengan benar.
Bapak Andreas juga belum bisa mengambil keputusan dengan tepat. Alih-alih mencari pertolongan ke fasilitas kesehatan, ia malah membiarkan kondisi lukanya dengan perawatan seadanya saja.