"Kita tidak boleh kalah dengan AI. Meski ia disebut mesin pintar, toh kita manusia juga yang buat," imbuh Wildrian Ronald Otta.
Pada bagian akhir sambutannya, ia juga mengingatkan agar bijak menggunakan media digital. Menurutnya setiap orang harus melek literasi digital agar bisa memilih dan memilah jutaan informasi yang terus membombardir media sosial.
"Hati-hati juga bermedia sosial. Dulu ada adagium ibu tiri lebih kejam daripada ibu kota. Sekarang berubah, ibu jari lebih kejam daripada ibu kota," tandasnya.
*
Gelar wicara yang mengusung tema"Pentingnya Pengetahuan dan Kecakapan dalam Menggunakan Media Digital" itu dipandu oleh pewara Dewi M.T. Leba. Kesempatan pertama ia berikan kepada Khemal Andrias untuk berbagi pengalaman membuat konten digital yang berdampak positif bagi masyarakat.
Pada kesempatan itu Khemal bercerita tentang pengalamannya sebagai kreator konten digital. Menurutnya, konten yang baik itu isinya memberi makna tertentu bagi penonton.
Selain itu, ia juga mengatakan kalau setiap kreator konten itu tidak sekadar menghasilkan produk. Kreator harus memikirkan apa value atau nilai yang perlu disampaikan ke publik.
Menurutnya, nilai itulah yang selalu diingat penikmat konten tersebut, sehingga jenama (brand) para kreator selalu ada dalam benak mereka.
Narasumber kedua, Ivan Rondo, lebih banyak menekankan cara menggunakan media sosial yang positif. Ia juga mengingatkan bagaimana mengamankan data pribadi, sehingga tidak disalahgunakan oleh orang jahat di luar sana.
Sebagai pegiat industri kreatif, ia juga berbagi trik mengembangkan sebuah brand agar bisa lebih dikenal oleh masyarakat.
Zacharias Therik membagikan pengalamannya dalam memanfaatkan media digital untuk kepentingan bisnis. Menurutnya peluang bisnis di era digital sangat banyak, asalkan tahu cara memaksimalkan setiap jenis media sosial yang ada.