Sebelumnya saya melihat lewat media sosial, ada banyak kegiatan literasi digital di beberapa kota dan Selasa (30/05/2023) kemarin akhirnya sampai juga di Kota Kupang.
Saya mengetahui acara itu dari media digital. Seorang teman membagikan di salah satu grup WA yang saya ikuti. Tanpa berpikir panjang, saya langsung mendaftar.
Saya memang sudah beberapa mengikuti kegiatan serupa. Tapi saya selalu ingin hadir, sebab perkembangan dunia digital itu sangat cepat. Kita baru bahas etika bermedia sosial, misalnya, orang di luar sana sudah menciptakan banyak Artificial Intelligence (AI) yang memudahkan pekerjaan manusia.
Selain karena perkembangan teknologi yang terus melesat, saya juga ingin menggali pengalaman dari narasumber yang memang belum saya kenal sebelumnya.
Berdasarkan informasi di flyer, ada 3 narasumber. Ivan Raymond Rondo yang disebut sebagai Pegiat Industri Kreatif dan Digital Enthusiast. Zacharias Yezua Matias Therik, ST sebagai Founder DMBS Creative Group. Khemal Andreas yang merupakan CEO Next Generation.
Kegiatan ini diselenggarakan oleh Kementerian Komunikasi dan Informasi (Kominfo) Republik Indonesia yang bekerja sama dengan Pemkot Kupang dan rekan pendukung lainnya.
*
Saya tiba di lokasi acara, Grand Mutiara Kota Kupang, menjelang pukul 08.00 WITA. Belum terlihat ramai, tapi beberapa orang sudah ada di sekitar pintu masuk.
Setelah mengisi formulir pendaftaran, saya melihat di salah satu sudut ada yang sedang bermain badminton lewat komputer. Begitu saya mendekat karena penasaran, salah satu orang menawarkan, "Mau coba, Mas?"
Saya tentu saja mau, tapi bagaimana caranya? Ternyata orang yang menawarkan saya itu merupakan salah satu tim dari Kominfo RI. Ia beri petunjuk singkat dan ternyata mudah dimainkan.
Saya hanya diminta memegang sebuah stik seperti gagang pisau dapur. Di depan saya ada layar yang menampilkan orang yang sedang bermain badminton di lapangan.
Setelah menggenggam stik itu, saat tangan saya digerakkan maka tangan pemain badminton di layar juga ikut bergerak. Lawan sebelah juga seperti itu. Ajaib.
Kami kemudian bermain badminton secara virtual. Menurut saya permainan ini cukup bagus, sebab tangan dan tubuh kita ikut bergerak. Tidak seperti game lainnya yang membuat kita lebih banyak duduk--kurang banyak bergerak.
Kami sudah bermain beberapa set, peserta lain sudah mulai berjubel di area pendaftaran. Panitia mengarahkan peserta ke ruang acara di lantai dua gedung tersebut. Saya berhenti bermain dan ikut ke atas.
*
Acara itu harusnya dibuka oleh Ir. Yandri Lasi, M.Si selaku Plt. Kepala Dinas Kominfo Prov. NTT. Tapi karena ada kesibukan lain, maka diwakili Sekretaris Dinas Kominfo Kota Kupang, Wildrian Ronald Otta, SSTP, MM.
Pada kesempatan itu, Wildrian Ronald Otta menjelaskan tentang konsep ekosistem digital yang terdiri dari infrastruktur, suprastruktur, dan sumber daya manusia (SDM).
Menurutnya, infrastruktur itu mencakup perangkat keras maupun lunak yang digunakan untuk mengakses dunia digital. Contoh hp, tower BTS, dll. Sedang suprastruktur itu menyangkut kebijakan atau aturan penggunaan perangkat digital tersebut.
SDM sebagai pengguna digital juga perlu diperhatikan, sehingga ekosistemnya dapat berjalan kondusif. "SDM itu perlu dilatih tentang literasi digital," kata Wildrian Ronald Otta.
Ia melanjutkan, target Kominfo saat ini adalah memberikan edukasi literasi digital kepada 50 juta pengguna. Tapi yang sudah dilakukan baru mencapai sekitar 5 jutaan orang. Karena itu, ia juga berharap agar peserta yang hadir bisa ikut membagikan pengetahuan kepada yang lainnya.
Wildrian Ronald Otta juga menyinggung soal AI yang membuat beberapa perusahaan memecat sekitar 40% karyawan karena tugasnya bisa digantikan dengan mesin.
Meski demikian, ia mengajak peserta untuk tidak perlu membenci AI. Sebaliknya, ia berharap agar semua orang mempelajari cara kerjanya, sehingga bisa dimaksimalkan untuk meringankan pekerjaan masing-masing.
"Kita tidak boleh kalah dengan AI. Meski ia disebut mesin pintar, toh kita manusia juga yang buat," imbuh Wildrian Ronald Otta.
Pada bagian akhir sambutannya, ia juga mengingatkan agar bijak menggunakan media digital. Menurutnya setiap orang harus melek literasi digital agar bisa memilih dan memilah jutaan informasi yang terus membombardir media sosial.
"Hati-hati juga bermedia sosial. Dulu ada adagium ibu tiri lebih kejam daripada ibu kota. Sekarang berubah, ibu jari lebih kejam daripada ibu kota," tandasnya.
*
Gelar wicara yang mengusung tema"Pentingnya Pengetahuan dan Kecakapan dalam Menggunakan Media Digital" itu dipandu oleh pewara Dewi M.T. Leba. Kesempatan pertama ia berikan kepada Khemal Andrias untuk berbagi pengalaman membuat konten digital yang berdampak positif bagi masyarakat.
Pada kesempatan itu Khemal bercerita tentang pengalamannya sebagai kreator konten digital. Menurutnya, konten yang baik itu isinya memberi makna tertentu bagi penonton.
Selain itu, ia juga mengatakan kalau setiap kreator konten itu tidak sekadar menghasilkan produk. Kreator harus memikirkan apa value atau nilai yang perlu disampaikan ke publik.
Menurutnya, nilai itulah yang selalu diingat penikmat konten tersebut, sehingga jenama (brand) para kreator selalu ada dalam benak mereka.
Narasumber kedua, Ivan Rondo, lebih banyak menekankan cara menggunakan media sosial yang positif. Ia juga mengingatkan bagaimana mengamankan data pribadi, sehingga tidak disalahgunakan oleh orang jahat di luar sana.
Sebagai pegiat industri kreatif, ia juga berbagi trik mengembangkan sebuah brand agar bisa lebih dikenal oleh masyarakat.
Zacharias Therik membagikan pengalamannya dalam memanfaatkan media digital untuk kepentingan bisnis. Menurutnya peluang bisnis di era digital sangat banyak, asalkan tahu cara memaksimalkan setiap jenis media sosial yang ada.
Ia menceritakan perbedaan karakteristik masing-masing media sosial, berikut teknik memaksimalkannya. Semua yang diceritakan Zacharias Therik itu berdasarkan pengalamannya membesarkan DMBS Creative Group.
*
Saya pulang dengan banyak rencana di kepala. Selama ini saya lebih banyak memanfaatkan media digital dengan konten tulisan.
Perubahan media digital sangat cepat. Saya masih asyik menulis di FB, orang-orang sudah banyak bergoyang di Tik-Tok. Dan masih banyak macam media digital yang lain terus berkembang. Kalau kita tidak ikuti perkembangann, maka kita akan ditinggal.
Apakah saya perlu merambah bidang lain? Apakah saya ya perlu belajar ini dan itu? Sepulang dari kegiatan saya terus bertanya dalam hati. Sambil menunggu apa jawabannya, saya tulis kenangan ini agar tidak dilupakan begitu saja.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H