Setelah menggenggam stik itu, saat tangan saya digerakkan maka tangan pemain badminton di layar juga ikut bergerak. Lawan sebelah juga seperti itu. Ajaib.
Kami kemudian bermain badminton secara virtual. Menurut saya permainan ini cukup bagus, sebab tangan dan tubuh kita ikut bergerak. Tidak seperti game lainnya yang membuat kita lebih banyak duduk--kurang banyak bergerak.
Kami sudah bermain beberapa set, peserta lain sudah mulai berjubel di area pendaftaran. Panitia mengarahkan peserta ke ruang acara di lantai dua gedung tersebut. Saya berhenti bermain dan ikut ke atas.
*
Acara itu harusnya dibuka oleh Ir. Yandri Lasi, M.Si selaku Plt. Kepala Dinas Kominfo Prov. NTT. Tapi karena ada kesibukan lain, maka diwakili Sekretaris Dinas Kominfo Kota Kupang, Wildrian Ronald Otta, SSTP, MM.
Pada kesempatan itu, Wildrian Ronald Otta menjelaskan tentang konsep ekosistem digital yang terdiri dari infrastruktur, suprastruktur, dan sumber daya manusia (SDM).
Menurutnya, infrastruktur itu mencakup perangkat keras maupun lunak yang digunakan untuk mengakses dunia digital. Contoh hp, tower BTS, dll. Sedang suprastruktur itu menyangkut kebijakan atau aturan penggunaan perangkat digital tersebut.
SDM sebagai pengguna digital juga perlu diperhatikan, sehingga ekosistemnya dapat berjalan kondusif. "SDM itu perlu dilatih tentang literasi digital," kata Wildrian Ronald Otta.
Ia melanjutkan, target Kominfo saat ini adalah memberikan edukasi literasi digital kepada 50 juta pengguna. Tapi yang sudah dilakukan baru mencapai sekitar 5 jutaan orang. Karena itu, ia juga berharap agar peserta yang hadir bisa ikut membagikan pengetahuan kepada yang lainnya.
Wildrian Ronald Otta juga menyinggung soal AI yang membuat beberapa perusahaan memecat sekitar 40% karyawan karena tugasnya bisa digantikan dengan mesin.
Meski demikian, ia mengajak peserta untuk tidak perlu membenci AI. Sebaliknya, ia berharap agar semua orang mempelajari cara kerjanya, sehingga bisa dimaksimalkan untuk meringankan pekerjaan masing-masing.