"Sejak kemarin saya sudah rutin menggosok gigi dengan pasta yang sama di iklan," kata saya untuk menenangkan diri sendiri, "maka sudah pasti gigi saya aman hari ini."
Antrean masih panjang dan saya melihat beberapa anak yang menangis karena mulutnya dikorek dengan besi. Saya terus berusaha menenangkan diri sendiri, tapi tidak bisa.
Saya perhatikan guru-guru sempat lengah dan pada kesempatan itu saya berlari ke rumah. Saya yakin gigi saya aman dan tidak perlu diperiksa petugas yang sudah membikin banyak teman-teman saya menangis.
Sekitar 2 jam saya berdiam di rumah yang jaraknya tidak terlalu jauh dari sekolah, seorang teman datang. Katanya ia disuruh guru untuk memanggil saya.
Saya makin gelisah, sebab saya tahu itu saatnya saya diperiksa. Saya tidak bisa menghindar lagi dan pasrah untuk diperiksa. Tapi saya masih percaya diri, gigi saya sehat seperti iklan di TV.
Ternyata ada gigi saya yang harus dicabut. Mau lari, tapi sudah tidak bisa. Petugas kesehatan dan guru-guru mengelilingi saya. Pasrah.
Ketika proses pencabutan berlangsung, sudah tentu nyeri, tapi rasa sakit yang masih bisa ditahan. Saya lega ketika gigi itu akhirnya keluar. Petugas dari puskesmas itu memberikan sebuah kapas pada area gigi yang sudah dicabut agar tidak terus berdarah.
Supaya kapas itu tidak terlepas atau tanpa sengaja tertelan, hari itu saya tidak mau makan dan minum. Setelah yakin aman, barulah saya mengeluarkan kapas tersebut.
***
Itu pengalaman semasa kecil ketika masih SD. Dan seingat, itu ada kunjungan pertama dan terakhir dari petugas kesehatan gigi itu datang ke sekolah kami.
Karena itu, mungkin sehari setelah mereka pulang, saya sudah lupa membiasakan sikat gigi. Sesekali ingat, tapi lebih banyak bolongnya.