***
Tahun 2013, saya mendapat kesempatan melanjutkan pendidikan di Unair Surabaya. Selama masa studi di Surabaya, saya tinggal di salah satu kos-kosan di daerah Nginden-Semolowaru.
Dari tempat saya tinggal itu, ada satu toko buku yang banyak direkomendasikan oleh teman-teman dan jaraknya tidak begitu jauh dari kos-kosan. Namanya Toko Buku Petra Togamas yang ada di bilangan Pucang.
Bagi saya, Togamas itu termasuk toko buku yang besar bilang dibandingkan dengan Gramedia yang ada di Kupang. Jadi, saat itu saya cukup terkesan. Apalagi ketika menyadari di sana tidak hanya jualan buku. Tapi ada juga beberapa tempat kursus, kafe atau kantin dengan tempat nongkrong yang nyaman sambil membaca buku.
Saya makin senang ketika tahu toko buku itu menyediakan diskon khusus bagi kalangan pelajar dan mahasiswa. Harganya memang tidak semurah di Pasar Blauran, tapi juga tidak semahal di Gramedia Kupang.
Karena itu, selama masa kuliah di Surabaya, itu toko buku yang sering saya kunjungi. Sesekali setelah membeli buku, saya memesan minuman di kantin, lalu meminta pramusaji untuk memfoto. Saya berpose seolah sedang membaca buku dengan secangkir kopi di meja.
Foto itu kemudian saya unggah di media sosial dengan tulisan yang dipikirkan matang-matang, setidaknya antara gaya di foto dan tulisannya memiliki kualitas yang seimbang.
Foto seperti itu biasanya menarik perhatian teman di media sosial. Karena itu mereka mulai memberi reaksi dan komentar. Saya kemudian sibuk menanggapi teman-teman di media sosial itu dan tidak lanjut membaca buku.
Kopi tandas dan saya harus segera pulang dengan harapan bisa lanjut membaca buku di kos-kosan. Tapi begitu saya berbaring langsung diselimuti rasa malas. Baca buku bisa kapan-kapan, kata saya dalam hati dan kemudian tertidur.
***
Ketika kuliah sudah kelar pada tahun 2016, saya kembali ke Kota Kupang dan bekerja di salah satu kampus swasta. Sebagai orang yang sedang merintis karir di dunia pendidikan, saya berpikir harus memiliki kebiasaan membaca buku.