Dulu, Presiden Jokowi terekam media massa sedang mencicipi Es Kopi di sebuah kedai di Jakarta. Seperti biasa, apa yang biasa diperkenalkan oleh orang nomor satu di Indonesia itu selalu viral. Kalau sudah begitu, maka insting bisnis warganya langsung menyala. Cek saja, saat ini sudah jamak orang membuka kedai kopi dengan gaya yang sama. Sampai ada kedai yang menjual Es Kopi menggunakan nama Pak Jokowi, baik sebagian maupun seluruhnya.
Di Surabaya, tempat seperti itu mulai bertumbuh juga. Ikutan tren. Ramai dibuka di mana-mana. Beberapa gedung lama mulai dipugar, kemudian dipercantik agar instagramable, jadilah kafe baru. Es Kopi menjadi salah satu menu andalannya.
Tidak hanya di kiri-kanan jalan, kafe seperti itu juga masuk ke tempat-tempat umum seperti mall, rumah sakit, sekolah, hingga ke kampus. Termasuk di tempat saya kuliah, sudah ada satu kafe baru dengan konsep yang hampir sama.
Ada beberapa ciri yang menyamakan kafe-kafe tersebut. Pertama, nama kedainya biasa menggunakan huruf timbul yang bisa menyala kalau malam. Kedua, ruangan kafe itu dipenuhi lampu, khususnya bohlam-bohlam kecil. Ketiga, furniturnya dipilih yang mengilat, indah dipandang mata. Keempat, sejak pintu masuk maupun dindingnya dipenuhi gambar dan tulisan yang memberi kesan romantis. Kelima, pastinya dilengkapi soundsystem dengan alunan musik yang mendukung suasana romantis. Dan sebagainya.
Saya sudah mewawancarai dua teman yang pernah menikmati Es Kopi di sana. Ternyata, kopi yang diberi es itu bukan kopi hitam seperti yang saya bayangkan, melainkan kopi cokelat. Andai kata kopi hitam, saya juga kurang tahu bagaimana rasanya. Pasti aneh.
"Harganya berapa per gelas?" itu pertanyaan pertama yang harus saya pastikan.
Teman pertama menjawab 15 ribu rupiah, sedangkan teman kedua mengaku bayar 24 ribu rupiah.
"Lho, kok beda-beda?"
Ternyata, harganya bergantung rasa yang menyertai kopi tersebut. Kalau orisinal, harga dasarnya 15 ribu rupiah. Kalau diberi rasa tertentu, harga bisa lebih dari itu. Seperti teman saya kedua, sampai 24 ribu rupiah. Entah berapa kalau saya pesan dengan rasa yang masih tersimpan?
"Bagaimana rasanya? Enak, kah?"
Keduanya menjawab dengan mimik yang kurang meyakinkan, "Yah..., lumayan. Seperti minum kopi yang ditaruh es."