[caption caption="Perahu motor belum siap jalan, makan siang saja dulu"]
Nahkoda perahu motor masih menyiapkan kebutuhan penyeberangan, saat kami sudah siap di tepi pantai. Sambil menunggu perahu siap, kami makan sejenak. Bekal yang disiapkan pihak travel langsung kami ludeskan. Tidak lama kemudian hujan turun. Semua kembali berteduh ke rumah warga.
Begitu hujan agak reda, kami segera naik ke perahu. Tali pengikat dilepas, jangkar ditarik, lalu mesin perahu dihidupkan. Secara perlahan perahu bergerak ke tengah, menuju palau impian, Gili Labak. Sungguh, perjalanan yang sangat istimewa. Berpindah 3 pulau (Pulau Jawa – Pulau Madura – Pulau Gili Labak), menggunakan 3 alat transportasi (sepeda motor, bus, dan perahu motor).
[caption caption="Meski sedang hujan, siap menyeberang"]
Peduli Kebutuhan Eliminasi
Jujur saja, saya agak takut naik perahu motor. Apalagi, merupakan pengalaman pertama. Saya membayangkan, ukuran perahu yang terlalu kecil akan lebih mudah karam, jika mengangkut banyak orang. Ditambah lagi tidak punya kemampuan berenang. Beruntung disediakan pelampung. Langsung saya pakai buat jaga-jaga.
[caption caption="Beberapa teman memakai jaket pelampung"]
Kecemasan saya agak berkurang karena melihat keceriaan teman-teman. Saya mengalihkan perhatian dengan sibuk memotret. Entah mengapa, -mungkin akibat cemas membuat peristaltik usus meningkat-, setelah 20 menit melaut, perut saya terasa mules. Ingin segera BAB. Sialnya, mana ada toilet di perahu motor ?
Saya berusaha menahan. Otot sfingter anus saya kencangkan tiap kali ada rasa ingin BAB. Saya ingat, ada teknik menahan BAB yang sering diceritakan orang saat masih SD di kampung. Caranya, tangan dikepal kemudian dipukul-pukul secara perlahan pada lutut, sambil mengucapkan kalimat khusus secara berulang-ulang. Kalimat khusus itu menggunakan bahasa daerah, yang jika diterjemahkan dalam bahasa Indonesia, kurang lebih seperti berikut: “pukul atau ketok lutut, esok baru BAB”.
[caption caption="Keceriaan teman-teman dalam perahu motor"]
Pertama hingga ketiga kali, saya berhasil menahan. Begitu serangan keempat, sudah tidak mampu lagi. Degup jantung semakin kencang dan tubuh terasa lemah. Rasanya sungguh menyiksa. Terpaksa, saya abaikan rasa malu. Langsung berterus terang sama teman-teman dan pemilik perahu agar dicarikan solusi. Semua bingung, tidak ada toilet. Solusi tidak ada, malah suasana semakin heboh.