“Apa mau dikate, ternyate udah tutup”, Mas Wilda mulai meniru logat betawi saat melihat gerbang Monas digembok rapat. Mau bilang apa, kami foto saja dari luar. Tapi, tunggu dulu. Di sana ada beberapa petugas keamanan yang sedang jaga.
[caption caption="Gerbang Monas ditutup. Foto dari laur saja..."]
Mbak Rini, Mifta, dkk mulai melancarkan “rayuan” agar petugas mau buak gerbangnya. “Hanya untuk foto sebentar kok Pak. Ayo dong Pak, tidak lama kok, 5 menit juga cukup”, rentetan permohonan bertubi-tubi dilancarkan. Entah susuk atau pelet jenis apa yang mereka gunakan, pada akhirnya, petugas tadi luluh dan mau membuka gerbang. Walaupun tidak lama, kami puas bisa foto di Monas tanpa halangan terali besi.
[caption caption="Setelah berjuang, akhirnya bisa foto di dalam gerbang Monas"]
Sudah. Hanya untuk foto saja kami nekat ke Monas. Selesai foto, kami langsung kembali ke hotel. Apalagi esoknya kami harus bangun subuh, agar tidak telat mengikuti kegiatan utama, mengunjungi 3 RS pusat rujukan nasional. Sekitar pukul 22.30, kami tiba di hotel. Langsung masuk kamar masing-masing, lalu tidur. Bersambung...
[caption caption="Sebelum kembali ke hotel, foto bersama lagi"]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H