[caption caption="Pemandangan kota dari lantai 10 hotel tempat kami inap"]
Oh iya, perlu juga saya ceritakan perihal yang satu ini. Malam itu kami kedatangan tamu istimewa. Namanya Mas Ikhwan, dulu pernah menjadi bagian dari keluarga besar B16 FKp Unair. Karena beliau sudah lulus PNS, akhirnya cuti kuliah. Kini, dia bekerja sebagai perawat di RS Pusat Otak Nasional di Jakarta. Pertemuan ini semacam reuni dadakan.
[caption caption="Yang bernama Mas Ikhwan itu yang di tengah. Kalau yang lain, cari tau sendiri namanya ya..."]
Malam I, Langsung Jalan-Jalan
Sebelum meninggalkan ruang makan, koordinator kegiatan memberitahukan tentang kegiatan esok hari. Hal tersebut penting, karena merupakan hari pertama dimana kami akan mengunjungi rumah sakit. Koordinasi yang baik, memungkinkan semua kegiatan bisa berjalan sesuai rencana.
Selepas koordinasi, kami diberi kebebasan. Bebas yang bertanggungjawab. Bisa jalan ke mana saja, asalkan lapor sama koordinator, dan yang paling penting ingat dengan jadwal kegiatan utama.
[caption caption="Pak Naryo sedang melakukan koordinasi dengan Pak Kenang sebagai pembimbing."]
Kesempatan ini tidak disia-siakan oleh teman-teman. Ada yang pergi sendiri, berdua, bertiga, berkelompok kecil hingga besar, dijemput keluarga/pacar, dan sebagainya. Transportasi yang digunakan berbeda-beda. Ada yang menggunakan taksi, bajaj, sepeda motor (gojek), bus trans Jakarta, dan sewa mobil. Tujuannya juga berbeda-beda, dan itu tidak bisa diketahui.
Malam itu, saya dan teman sekamar (sekali lagi saya perkenalkan, Pak Sunaryo), lebih memilih tinggal di hotel saja. Biar tidak jenuh, kami keluar untuk menikmati suasana lingkungan sekitar hotel. Sekalian, saya ingin membeli peralatan tulis-menulis sebagai persiapan kegiatan kunjungan ke RS.
[caption caption="Menikmati kopi di pinggiran jalan Jakarta"]
Tidak jauh dari hotel, ada begitu banyak warung di pinggir jalan, dekat trotoar. Penasaran dengan nuansa ngopi di Jakarta, kami langsung memesan kopi hitam. Awalnya Cuma bertiga, yaitu saya, Pak Abas dan Pak Sunaryo. Tidak lama berselang, Ibu Kokom dan Pak Sam ikut bergabung. Menikmati kopi sambil memperhatikan sekeliling, melihat cewek-cewek yang baru pulang kuliah atau entah hendak kemana; melihat tukang ojek yang sibuk menawarkan jasanya; melihat hilir-mudik kendaraan yang memadati jalan; melihat gedung-gedung tinggi yang memancarkan cahaya lampu; singkatnya, menikmati malam pertama di Jakarta secara bermakna.