Apakah kebiasaan itu dipaksankan oleh pendidik/Dosen ? Ohh..tidak tentunya. Memang pada kontrak perkuliahan di awal semester, Dosen hanya menyarankan menggunakan literatur terbaru dalam mengerjakan tugas.Seterusnya, mahasiswa dengan kesadaran masing-masing, selalu menyiapkan yang terbaik. Meminjam buku di perpustakaan, menbawanya ke sana- ke mari, tidak peduli dengan berat beban yang dipikul di punggung atau yang dijinjing.
Melihat kenyataan seperti itu, saya akhirnya membeli tas ukuran besar, yang biasanya digending di punggung. Demi penghematan, saya membeli tas yang murah. Harga tentunya menentukan kualitas. Tas yang saya beli saat itu bisa dibilang KW-5. Tas abal-abal.
Nah, satu kali kami kuliah pagi pukul 06.00. Saat itu, kelompok kami yang mendapat giliran mempresentasikan tugas. Nah, sebagai "bekal", saya membawa buku sumber yang cukup tebal dan berat tentunya. Tas saya terisi penuh.
Karena tiba agak terlambat di kampus, dari tempat parkir, saya berlari menuju ruang kelas. Ehh...baru lima langkah, tiba-tiba terdengar "prreeettt". Begitu saya periksa, ternyata tali tas putus. Tidak mungkin lagi saya menggendongnya di punggung, terpaksa memangkunya hingga tiba di kelas.
Tidak berakhir di situ, saat pelajaran berakhir, saya memasukkan kembali semua buku dan barang-barang lain. Begitu resleting tas saya tarik, langsung terlepas karena "muatan" yang berlebihan. Sial ! Langsung hari itu juga saya buang tas itu, lalu membeli tas baru yang lebih berkualitas. Tidak masalah harus merogoh kocek lebih mahal, asalkan kuat dan bertahan lama.
Waktu terus berjalan. Hingga kini, saat menjalani praktik profesi ners, kebiasaan menggendong tas besar di punggung sudah menjadi pemandangan yang lumrah. Semua teman-teman melakukan hal yang sama.
Tadi, saya kembali berpikir tentang kebiasaan tersebut. Saat pulang praktik, perhatian saya tertuju pada punggung teman-teman sekelompok. Semua menggendong tas, ukurannya cukup besar.
Iseng, saya coba mengangkat tas teman-teman. Diperkirakan, rata-rata beratnya antara 10-20 Kg. Lalu, saya foto dari belakang (seperti yang ter-upload).
Memikul tas yang berat, berisi buku dan perlatan lain, didibaratakan sebagai "bekal", senjata dan amunisi untuk "berperang" melawan proses, menuju kemenangan abadi.
Pada akhirnya, saya akan menulis bagaimana dampak jika tidak membawa tas saat sekolah bagi kehidupan kita. Jujur saja, tulisan berikut ini, saya gubah atau adaptasi dari tulisan yang beredar di SocMed,dimana judul aslinya "lost your pen". Saya mengubahnya, dengan mengganti ""pen" dengan "tidak membawa tas sekolah".