Mohon tunggu...
Suhardi AlAnjiri
Suhardi AlAnjiri Mohon Tunggu... Guru - Semoga manfaat setiap apa yang diperbuat

Serius tapi santai, senang bercanda..

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Anjir Serapat yang Merana

26 Agustus 2019   20:52 Diperbarui: 27 Agustus 2019   11:50 772
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dok : Utuh Wijaya foto terusan Anjir Serapat tahun 1995.

Terusan Anjir Serapat pernah menjadi urat nadi transportasi yang menghubungkan Banjarmasin (Kalimantan Selatan) ke  Kuala Kapuas dan Palangka Raya (Kalimantan Tengah).

Namun, terusan Anjir Serapat kini menjadi terusan yang sepi hanya sesekali dilewati kapal kelotok maupun kapal tongkang yang membawa kayu dari Kaminantan Tengah ke Kalimantan Selatan, atau Kelotok yang mengangkut lantingan kayu sengon yang dibawa ke pabrik kayu sengon di Anjir Serapat Km 12.

Kadang Speed Boat kecil melintas itupun bisa dihitung dengan jari lewat dalam satu bulan. Sungguh merana sekarang terusan Anjir Serapat.

Padahal pada bulan Juli 1957, Presiden pertama RI Soekarno bertolak dari Banjarmasin menuju jantung Borneo. Perjalanan Presiden Soekarno dilakukan melalui Terusan Anjir Serapat yang menghubungkan Sungai Barito ke Sungai Kapuas, dilanjutkan melalui Anjir Kelampan menembus Sungai Kahayan.

Presiden Soekarno lantas mengikuti Sungai Kahayan ke arah Pahandut, kota Dayak yang oleh Presiden pertama RI itu didesain sebagai ibu kota negara masa depan dengan nama Palangka Raya walau ternyata sekarang harapan itu belum menjadi kenyataan sebab keputusan Presiden Joko Widodo bahwa Kabupaten Kutai Kertanegara dan Kabupaten Panajam Pasir Utara Kalimantan Timur yang dipilih untuk menjadi Ibu Kota Negara yang baru.

Terusan Anjir Serapat, konon waktu dibuat hanya selebar lebih kurang 3 meter dan panjang 28 kilometer, dibuat pada era W Broers, penguasa tertinggi Belanda di Kalsel tahun 1880-1890, dengan memanfaatkan kemampuan tradisional orang Banjar. Dengan alat yang disebut sundak, papan tipis dari kayu ulin, orang Banjar membuat kanal-kanal.

Ahli hidrologi asal Belanda, Prof Dr.HJ Schophuys di Kompas edisi 7 November 1969, menyebutkan, jauh sebelum pembuatan Anjir Serapat, masyarakat Banjar telah membuat banyak kanal untuk kepentingan transportasi dan pertanian di lahan pasang-surut.

Masyarakat Banjar mampu membuat saluran air sepanjang puluhan kilometer hanya dengan tangan. Saya meniru cara itu," tulis Schophuys, yang pernah menjadi konsultan pembangunan wilayah Kalimantan.

Sungai, kanal, dan perahu adalah napas hidup orang Kalimantan sejak beratus tahun silam, seperti tertulis dalam catatan perjalanan Anton W Niewenhuis yang melakukan perjalanan dari Pontianak ke Samarinda pada tahun 1894 dan Carl Lumholtz pada tahun 1913 dan 1917. (Kompas.com)

Terusan Anjir Serapat lama kelamaan menjadi tambah lebar karena abrasi dari gelombang alat transportasi yang melewatinya. Pada tahun 1994 terusan Anjir Serapat dilakukan penyiringan oleh pemerintah sehingga lebar terusan Anjir Serapat menjadi hampir 50 meter dengan panjang yang disiring hanya sekitar 16 km selebihnya belum di siring sampai sekarang.

Disamping itu, jalan darat trans Kalimantan yang mengikuti alur terusan Anjir Serapat yang menghubungkan Palangka Raya - Banjarmasin juga mulai ditingkatkan. Tahun 1997 diresmikan Jembatan Barito oleh presiden Soeharto sehingga transportasi darat mulai mengeliat dan sedikit demi sedikit menggerus transportasi sungai yang melewati terusan Anjir Serapat.

Sejak dilakukan penyiringan sampai sekarang tidak ada sama sekali perbaikan baik siring maupun pelabuhan pelabuhan yang dibuat dari kayu ulin. Bahkan banyak pelabuhan kayu ulin tersebut rusak dan kayu-kayunya hilang. Inilah yang membuat kondisi terusan Anjir Serapat semakin tidak tertata.

Ketika air surut, maka akan terlihat dasar sungai dan kapal kayu yang lewat membawa kayu dan lainnya tertahan di tengah sungai dan tidak bisa melanjutkan karena kandas.

Dengan jukung di tengah terusan Anjir Serapat.
Dengan jukung di tengah terusan Anjir Serapat.
Melihat keadaan yang terjadi di terusan Anjir Serapat, maka tentu diharapkan pemerintah harus mengambil peran yang signifikan untuk menormalisasi  dan pembersiahan bantaran terusan Anjir Serapat ini. Di bantaran terusan Anjir Serapat yang sudah disiring itu juga mulai bermunculannya rumah-rumah penduduk yang juga tentu dapat menjadi problem di kemudian hari.

Penulis
Warga Anjir Serapat, Pendidik, Pemerhati Sosial, Politik dan Pembangunan Daerah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun