Mohon tunggu...
Bios Lariwu
Bios Lariwu Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Trip

Surga di Utara Indonesia

10 November 2018   21:41 Diperbarui: 10 November 2018   22:13 436
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kepulauan Talaud merupakan Kepulauan paling ujung utara Indonesia yang berbatasan langsung dengan Negara Philipina, untuk menuju ke Kepulauan Talaud terdapat dua moda transportasi, yang pertama menggunakan Kapal laut dan memakan waktu kurang lebih 12 jam. Dengan jadwal kapal yaitu Senin, Rabu, dan Jumat dari pelabuhan Manado. kemudian yang kedua, menggunakan pesawat. Jadwal penerbangan menuju ke Kepulauan Talaud setiap hari Senin - Minggu pada pukul 10.00 dan untuk mempermudah, kita dapat memesan tiket menuju ke Talaud melalui Aplikasi Pegipegi. Selain aplikasinya ringan dijalankan di android karena memiliki ukuran yang kecil, juga aplikasinya sangat mudah digunakan dan memberikan banyak promo dan bonus untuk user.

Kali ini saya berkesempatan menuju di dua lokasi tempat wisata yang ada di Kepulauan Talaud, yang pertama adalah di Pulau Miangas yang merupakan pulau terdepan NKRI dan berbatasan langsung dengan Philipina. Dan yang kedua adalah Desa Musi yang terletak di Pulau Salibabu, dimana terdapat Agama yang diyakini merupakan Agama Adat yang pertama di Kepuluan Talaud.

Perjalanan dimulai ketika saya mendengar bahwa di Pulau Miangas akan diadakan Mana'mi. Apa itu Mana'mi? Yuk ikuti tulisan saya sampai habis

Anda belum Indonesia jika belum tau Miangas? Ya miangas adalah salah satu pulau terdepan yang dimiliki oleh Indonesia, masyarakat yang mendiami pulau ini adalah masyarakat dari suku Talaud, namun beberapa masyarakat sangat menguasai bahasa Tagalo Philipina, karena pulau ini berbatasan langsung dengan Philiphina.

Bagi yang ingin berkunjung ke pulau ini, saya menyarankan untuk datang pada bulan Mei. Karena pada bulan mei masyarakat Miangas akan mengadakan sebuah upacara adat untuk memanen ikan,  yang unik dari upacara ini adalah proses dan pada saat memanen.

Proses persiapan untuk memanen ikan ini memiliki setidaknya 9 tahapan yang akan dilaksanakan selama seminggu, dimulai dari mencari janur kelapa, mencari tali hutan, meminta berkat kepada yang maha kuasa, dan beberapa prosesi adat yang tidak bisa dilewatkan guna menunjang ketika akan dilakukan panen ikan.

Proses panen ikan di pulau ini bukan seperti halnya memanen ikan saat di kolam atau telaga, panen ikan akan di lakukan di pantai. Apa?!!!! Di pantai?, betul sekali proses memanen ikan atau biasa disebut oleh warga miangas dan masyarakat Talaud ini ialah Mana'mi.

Mana'mi merupakan proses memanen ikan yang dilakukan dengan disertai upacara adat, dan hanya menggunakan janur kelapa sebagai media tangkap yang akan di bentangkan sepanjang pantai pada saat air laut sedang pasang, dan menunggu sampai air laut surut pada kondisi paling rendah. Seperti sebuah sihir, semua ikan akan terkurung dalam janur kelapa yang telah dibentangkan tadi, dan tidak ada satu ikan pun yang akan mencoba melarikan diri dari bentangan janur kelapa itu.

Jika kita melihat proses Mana'mi, kita akan terheran - heran dengan semua hal yang tidak bisa di jelaskan dengan logika. Bagaimana bisa ikan yang banyak itu hanya ditangkap menggunakan janur kelapa. Selain Miangas, tradisi memanen ikan dengan janur kelapa juga masih dilakukan oleh masyarakat Pulau Nanusa Desa Kakorotan. Bahkan menurut masyarakat Talaud, Desa Kakorotan adalah pioner dari tradisi memanen ikan dengan janur kelapa. Tapi di Desa Kakorotan dibebut dengan Mane'e.

Sangat kurang berkesan jika berkunjung di Kepulauan Talaud hanya mengunjungi Miangas, setelah dari Miangas saya menuju ke Desa Musi di Pulau Salibabu. Di desa ini terdapat sebuah Agama Adat "PENGHAYAT". Dari pelabuhan lirung kita dapat menggunakan kendaraan roda 2 dan 4 untuk menuju Desa Musi

WANALA PADARINGIRAN ARARA'U MAWU
WANALA PADARINGIRAN ARARA'U MAWU
Agama adat "penghayat" sendiri diyakini oleh masyarakat Talaud pada umumnya dan Kepulauan Salibabu (Desa Musi pada khususnya) merupakan Agama pertama di Kepulauan Talaud, sebelum masuknya ajaran Agama Kristen (Katolik dan Protestan) dan juga Islam.

Sejak tahun 1884 agama ini telah ada dan diyakini oleh warga Kepulauan salibabu (Desa Musi) dan sekarang telah berumur 133 tahun, pada tahun 1884 Tete Bawangin Panahal (pimpinan pertama agama penghayat) menerima wahyu penghayatan di puncak bukit, yang sekarang telah dibangun rumah peribadatan WANALA PADARINGIRAN ARARA'U MAWU (tempat mendengarkan wahyu dari TUHAN) untuk pemeluk Agama Penghayat.

Dan pada tahun 1926 Tete Bawangun menerima Wahyu dari yang maha kuasa untuk menulis Kitab PEMBAWA DAMAI yang merupakan kitab suci dari Agama Penghayat Keyakinan.

Pembawa Damai, Kitab Suci Agama Penghayat (dok. pribadi)
Pembawa Damai, Kitab Suci Agama Penghayat (dok. pribadi)
Seperti halnya agama Kristen Protestan, Agama penghayat mempercayai tritunggal Allah yaitu:

MAWU WALUA'DA (Tuhan Menjaga), MAWU RUATA YAMANG (Allah Bapa), HARA'UNA UKAS (Allah Roh Kudus). Yang menarik dari Agama Penghayat ialah mereka menganut sistem kerajaan untuk memimpin umat. Sejak tahun 1984 Penghayat sudah dipimpin oleh 4 generasi :

  • Tete Bawangin Panahal (alm)
  • Tete Asili Panahal (alm)
  • Tete Lahoba Panahal (alm)
  • Suenaung Panahal (pemimpin sekarang yang berusia 70 tahun )

Penghayat sendiri beranggotakan kurang lebih 262 kepala keluarga. dalam sistem peribadatan Penghayat juga dari awal terciptanya sudah memiliki unit ibadah kategorial (anak, remaja, pemuda , bapak, ibu).sesuai dengan ajaran dari kitab pembawa damai hari sabat Penghayat ini adalah hari sabtu, namun pada jumat malam jemaat agama penghayat akan melakukan ibadah malam pertobatan di gedung gereja yang berada di kampung.

Sedangkan pada setiap hari rabu jam 5 sore seluruh anggota jemaat diwajibkan untuk beribadah di puncak bukit WANALA PADARINGIRAN ARARA'U MAWU dipimpin langsung oleh pemimpin Penghayat dan menggunakan Bahasa Talaud, serta berpakaian putih, uniknya ibadah ini dapat diikuti oleh semua kalangan masyarakat, Namun tidak mudah untuk menuju ke puncak bukit WANALA PADARINGIRAN ARARA'U MAWU karena harus melewati 268 anak tangga dan mengikuti  kearifan  lokal yang diyakini oleh jemaat agama penghayat yaitu tidak menggunakan atribut berwarna merah dan jangan merokok.

 Di sisi lain untuk bergabung dengan jemaat yang berhari ulang tahun pada tanggal 30 agustus ini tidak lah sulit. Seperti halnya agama lainya individu yang ingin bergabung dengan agama penghayat harus membuat surat pernyataan pindah agama dan akan di ibadahkan oleh pemimpin Agama.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun