Mohon tunggu...
Suhandi Taman Timur
Suhandi Taman Timur Mohon Tunggu... -

Pengamat gaya hidup, transportasi, pariwisata dan politk. Tidak setuju bila politik dibilang kotor, karena yang kotor itu hanya sebagian dari politisinya.

Selanjutnya

Tutup

Foodie

Mengenal Slow Food

23 November 2009   00:08 Diperbarui: 7 Oktober 2020   15:00 1182
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kalau Anda ingin tahu jenis makanan khas orang Eropa Utara pada musim dingin, coba saja masakan wurst orang Jerman, yaitu kubis (kol) yang diiris-iris dan direbus dengan air kemudian dimakan dengan sosis. 

Tidak heran bila makanan orang Eropa Utara umumnya berasa hambar. Mereka tidak ada waktu untuk bereksperimentasi dengan berbagai macam racikan bumbu agar bisa menambah kenikmatan rasa. Mereka lebih banyak menghabiskan waktu di dalam rumah karena durasi siang hari selama musim dingin lebih pendek. 

Sebaliknya, bangsa Latin di selatan menikmati durasi siang hari yang lebih panjang selama musim panas, sementara suhu udara selama musim dingin di selatan tidak serendah di utara. 

Hal ini berdampak pada cara hidup (way of life) bangsa Eropa secara keseluruhan. Bagi bangsa Latin, makan bukan sekedar untuk mengisi perut atau “nangsel waduk” saja, seperti kata orang Betawi. 

Makan adalah sumber vitalitas untuk menikmati hidup ini. Kalau bagi bangsa Anglo-Saxon hidup adalah berjuang menaklukkan alam, maka bagi bangsa Latin hidup adalah santai dan menikmati alam. Moto hidup orang Italia adalah mangare (baca manjaré, artinya makan), cantaré (bernyayi) dan amoré (cinta). 

Sejak jaman Romawi kuno dulu, kenikmatan hidup dilambangkan dengan makan enak, sambil mendengankan musik yang merdu, tangan kiri memegang gelas anggur dan tangan kanan memeluk wanita cantik.

Sejarah menikmati hidup bangsa Latin di Eropa ini mulai terusik pasca Perang Dunia II. Amerika Serikat sebagai pemenang perang, menerapkan budaya baru di abad modern pasca revolusi industri. 

Jadwal kerja dibuat seefisien mungkin dengan cara Amerika yaitu sistim one hour lunch break. Waktu jeda makan siang yang hanya satu jam ini dirasa tidak cukup oleh bangsa Latin Eropa. 

Tapi sebagai bangsa yang kalah perang mereka terpaksa harus “tahu diri” dan hanya bisa berdiam diri. Di dalam hatinya, mereka sulit untuk menerima sistim ini. Bagi mereka, makan sendirian dalam waktu yang dibatasi adalah tidak manusiawi. 

Peradaban Latin mereka yang sudah berumur ribuan tahun itu mengajarkan bahwa makan adalah ritual yang sacré. Makan adalah proses yang harus dilalui oleh manusia untuk hidup nikmat. 

Untuk menikmati makan, manusia memerlukan tidak hanya makanan secara fisik karena yang akan makan bukan hanya lambung saja, tapi segenap perasaannya, pikirannya, dan seluruh jiwa-raganya. Untuk itu diperlukan suasana dan kehadiran orang-orang terdekat untuk berbagi kebahagiaan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun