.
.
Pacuan berlangsung di tanah agraris semi industrial metropolis malu-malu dan melayari samudera bahari. Kayu pematek rakyat dan wakilnya tersorok-sorok membajak budi pekerti dan hasil bumi. Perhelatan ditarik dikendali dari menara tinggi tersembunyi. Namun, perlombaan hartawi ini tak juga berkesudahan, tak ada piala presiden dari negeri asia ataupun dari raja minyak.
Perut garba pertiwi bakal terus melahirkan situasi sungsang, balapan sungsang. Ini memang dimaui orang-orang seperti Soros dkk melalui promo internasional berlabel IMF, demokrasi, dan hak asasi manusia. Permainan merendahkan mental kebudayaan belum usai. Perlu amandemen UUD dan aturan penjamin kelangsungan pentas Karapan Sapi Sungsang. Para keturunan pencetus uang bergambar tinggal satu matamu, beserta rombongan pendukung dolar (ada sederet pejabat dari negeri kolam susu terlibat) tetap ingin melancong menikmati pacuan dari dekat, bertepuk tangan seraya membawa milikmu.