1.Menulis tulisan sederhana yang kita alami sendiri
Seperti tulisan ringan Prof Ngainun Naim  mengenai suasana  yang beliuw alami di https://ngainun-naim.blogspot.com/2016/06/suatu-sore-di-bulan-ramadhan.html. Dalam tulisan tersebut berkisah tentang suasana ramadhan di alun alun Trenggalek.Â
Selanjutnya menulis tulisan yang kita hadapi sendiri, kisah kisah yang dialami sendiri seperti dalam blog Prof Naim  https://www.spirit-literasi.id/2022/12/dari-wa-ke-dunia-nyata.html. pengalaman pribadi terserah kepada penulis mau mengambil inti atau menceritakan secara detil dengan ulasan yang panjang juga boleh.
Intinya menulislah secara sederhana yang kita alami. Pengalaman hidup sehari hari itu menjadi sumber tulisan yang subur dan mudah dituangkan dalam bentuk tulisan.
Apa yang kita alami tulislah, jangan takut salah atau jelek, yang kita takutkan tidak menulis.
2. Jangan menulis sambil membaca dan mengedit
Membaca, menulis,dan mengedit akan menajdi hambata dlam menuangkan pikiran. Nulis itu adalah nuli bukan membaca sambil edit, keluarkan saja ide dalam pikiran secara bebas.Â
Membacalah dulu dan jangan nulis sambil membaca misalnya pagi nulis maka sorenya baru dibaca, cermati kalimat demi kalimat tambahkan ide yang ada jika memang diperlukan dan lakukan perbaikan.
Sebelum menggugah ke blog atau kompasiana bacalah berulang ulang tulisan karena setiap tulisan kita adalah jejak kita.
Tradisi literasi adalah aktivitas membaca dan menulis  untuk menghasilkan tulisan yang bermanfaat bagi diri sendiri dan orang lain.
3. Menulis tentang perjalanan