previously voiced fears
.
Ā Ā Ā Serba sendiri, sejak dini. Menyusuri ketakutan buatan, penasaran lebih mencungkil takut. Kehidupan berasrama jadi pilihan. Semua mungkin pernah kesal, lapar, kurang harta, jiwa yang merana---kesedihan yang mendalam.
Ā Ā Tak mengerti, awalnya. Perlahan, simpul mulai memuai sendiri. Kata-kata, "O." Sering jadi lolongan lirih.Ā
Ā Ā Ketakutan buatan yang disuarakan oleh orang-orang yang setengah dewasa, setengah tidak. Tanggung kepalang. Ternyata takut terdamprat, penasaran menggila.Ā
Ā Ā Ketakutan buatan itu---ternyata, hanya seperti gurauan pengisi waktu kosong, ketimbang diam diam tak bicara apa pun. Pengucap kata yang lebih menyedihkan dari pendengarnya.Ā
Ā Ā Dengan jumlah penduduk yang melebihi kapasitas penghuni rumah, rasanya, mana mungkin takut hadir, lalu mencekik setiap harapan, kebanggaan, juga semangat yang telah mengapi di relung tenggorokan para pelajar.
Ā Ā Kesal, lapar, kurang harta, dan jiwa merana datang seperti hembusan angin dengan debu-debu saharanya. Udara hangat yang melelahkan.
Ā Ā Ketenangan yang menipu, dari ujung barat dan timur datanglah petaka berbentuk jenaka, diterima oleh banyak lapisan.Ā Ā
Ā Ā Semua punya waktu, semua punya batas. Ketika batas habis, lolongan lirih penuh perih luruh, "o---." Keinginan agar waktu mengulang, ekspresi frustasi yang---nampak begitu jelas.