Mohon tunggu...
halubĀ©
halubĀ© Mohon Tunggu... Mahasiswa - Puisi, Cermin, Cerpen, dan Refleksi.

Pencarian dan keyakinan, berteman dekat, sampai kapan pun, selalu ada hal-hal yang membanggakan bagi setiap yang yakin

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Ketakutan yang Dahulu Disuarakan

26 Agustus 2023   16:10 Diperbarui: 26 Agustus 2023   16:39 115
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

previously voiced fears

.

Ā  Ā  Ā  Serba sendiri, sejak dini. Menyusuri ketakutan buatan, penasaran lebih mencungkil takut. Kehidupan berasrama jadi pilihan. Semua mungkin pernah kesal, lapar, kurang harta, jiwa yang merana---kesedihan yang mendalam.

Ā  Ā Tak mengerti, awalnya. Perlahan, simpul mulai memuai sendiri. Kata-kata, "O." Sering jadi lolongan lirih.Ā 

Ā  Ā Ketakutan buatan yang disuarakan oleh orang-orang yang setengah dewasa, setengah tidak. Tanggung kepalang. Ternyata takut terdamprat, penasaran menggila.Ā 

Ā  Ā Ketakutan buatan itu---ternyata, hanya seperti gurauan pengisi waktu kosong, ketimbang diam diam tak bicara apa pun. Pengucap kata yang lebih menyedihkan dari pendengarnya.Ā 

Ā  Ā Dengan jumlah penduduk yang melebihi kapasitas penghuni rumah, rasanya, mana mungkin takut hadir, lalu mencekik setiap harapan, kebanggaan, juga semangat yang telah mengapi di relung tenggorokan para pelajar.

Ā  Ā Kesal, lapar, kurang harta, dan jiwa merana datang seperti hembusan angin dengan debu-debu saharanya. Udara hangat yang melelahkan.

Ā  Ā Ketenangan yang menipu, dari ujung barat dan timur datanglah petaka berbentuk jenaka, diterima oleh banyak lapisan.Ā Ā 

Ā  Ā Semua punya waktu, semua punya batas. Ketika batas habis, lolongan lirih penuh perih luruh, "o---." Keinginan agar waktu mengulang, ekspresi frustasi yang---nampak begitu jelas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun