Mohon tunggu...
halubĀ©
halubĀ© Mohon Tunggu... Mahasiswa - Puisi, Cermin, Cerpen, dan Refleksi.

Pencarian dan keyakinan, berteman dekat, sampai kapan pun, selalu ada hal-hal yang membanggakan bagi setiap yang yakin

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Tinggal dengan Kekacauan

3 Agustus 2023   23:49 Diperbarui: 4 Agustus 2023   00:04 89
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ā  Ā .

Ā  Ā  Ā  Mulut-mulut berdecak mengikuti alur keadaan. Sambit sambut berterusan, perbandingan kerap hadir hardik kenyataan. Setiap peristiwa sesakan diri, mencak-mencak dalam kesunyian.

Ā  Ā Sembilu di dada tak terperi. Air mata tak mau muncul, pergi sebelum pergi. Geladakan berantakan mental menghadapi sambit sambut yang berterusan.

Ā  Ā Serangan tak mau usai, yang diserang bungkam. Hatinya hancur tak karuan. Pergi menyusup, menguasai diri---hasrat menggebu untuk tak lagi tinggal di situ.

Ā  Ā Rasa telah mengelabui segala, merasa paling benar adalah cara tepat dan jitu untuk memberantas setiap hentakan perlawanan yang berpotensi mengalahkan rasa yang salah dijaga.

Ā  Ā Di situ pergi menjadi sahabat terindah, dari menetap. Buat apa melawan yang tak pernah mau tahu diri? Menyerocos panjang tambah kali lebar yang selalu membuat ketar ketir berdebar.

Ā  Ā Salah memang, namun jika dikerdilkan seperti muntahan pukulan yang diarahkan kepada para penjahat---untuk alasan apa lagi Dibersamai. Bagus jaga jarak secukupnya, dengan tidak melupakan pembelajaran.

Ā  Ā Setiap kita adalah pemalas pada titiknya masing-masing. Kalau malas pada titik yang tidak tepat, kelirulah. Tapi semua pernah begitu. Mulut dimonyongkan---sudah monyong tambah monyong---padahal sudah dower pula sebelum---nasib buru, rasa neraka di dunia.

Ā  Ā Membalut perban di kepalanya, dengan semangat buta. Buta tak mau melihat nasib yang jauh lebih nahas. Masih bagus kepala batu dari kepala sang pembalut perban di kepanya.

Ā  Ā Siapapun yang membersamainya, maka kesialan tak kunjung pudar, biarpun kiamat telah di depan mata. Sial memang, menyebut karakter seperti itu saja sudah nahas.Ā Ā 

Ā  Ā .

Ā  Ā Cls, RTD, Kamis 3 Agustus 2023, 23:45, h

alub

Ā  Ā 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun