Ā Ā ===
Ā Ā Citah betina berlari dengan kecepatan 96 Km/jam. Rusa tak bisa menghindar, pelari handal terkenal ini tak banyak bicara. Sekali bergerak---satu mangsa, rubuh tak ada lagi kata merangkak.
Ā Ā Ratusan tahun sudah kebiasaan memburu mengalir deras dari keturunan sebelumnya, hingga berikutnya, berikutnya dan berikutnya. Semarak urbanisasi pun merayap ke banyak ordo.
Ā Ā Induk citah tak lagi memanen seperti awal permulaannya di usia jaya. Umur tetaplah yang memaksa fisik untuk tak lagi lincah seperti semula gagah. Anak-anak sudah pergi satu persatu.
Ā Ā Orang tua ingin menua bersama anaknya, anak-anak ingin segera pergi dan tak lagi mau melihat, mendengar ocehan orang tua yang terasa menyakitkan lagi ketinggalan zaman.
Ā Ā Waktu terus berlari, seperti berlarinya para citah, yang dahulunya anak-anak kini telah resmi beranjak dewasa, punya pasangan, punya anak. Rasa-rasanya mengklaim diri masih muda sangat sudah tak pantas lagi.
Ā Ā Tubuh yang dahulu tahan panas, dingin. Kini baru berjalan beberapa langkah, napas sudah berantakan tak tentu arah. Tingkah laku anak-anak pun terasa begitu menjengkelkan.
Ā Ā Anak-anak pun demikian, mereka rasa tinggal di rumah, seperti tinggal di neraka saja, biarpun belum pernah ke neraka seumur hidupnya. Setiap petuah orang tua dianggap kebencian.
Ā Ā Semua pun bergulir seperti dahulu ketika mereka-mereka kecil, muda, remaja, dewasa, hingga kini sudah merasa pantas dicap tua. Indukan citah tertegun, bersamaan dengan itu ilalang bergoyang ditiup angin.
Ā Ā Lalat iseng bermain ke tubuhnya. Menguap pun terjadi. Semakin bertambah usia, semakin bertambah juga jam tidurnya. Serasa kembali ke masa kanak-kanak lagi. Hanya saja hari ini, tiap perkataan kasar terasa betul mencabik-cabik. Padahal dahulu perkataan seperti itu biasa biasa saja. Apa? Dan mengapa semuanya berubah?
Ā Ā Indukan citah seolah kehilangan semangat hidup. Bukan tak lagi semangat, atau pesimis. Tenaga-tenaga monster yang dahulu pernah ada di tubuh renta ini, entah ke mena perginya?
Ā Ā Menangis tak lagi jadi luapan sesal, sedih, kecewa yang ada. Hanya menatap kawanan rusa, urial, ungulata dengan tatapan kosong---seolah mereka kumpulan makhluk-makhluk baru yang asing.
Ā Ā Bahkan sesekali terpikir ingin rasanya lalat-lalat yang suka sekali hinggap di tubuh ini berubah menjadi kumpulan ungulata yang sudah tak berdaya sama sekali. Bukan hanya itu.
Pengaruh antropogenik pun marak sekali dilakukan oleh manusia-manusia yang ngakunya menggarap perubahan dan kemaslahatan bagi yang lain. Nyatanya hanya pemenuhan hawa nafsu yang tak akan pernah penuh selamanya.
Ā Ā Kecuali dengan syukur.