Mohon tunggu...
Suhail Guntara
Suhail Guntara Mohon Tunggu... Akuntan - Akunting

Iseng aja nulis. Suka baca manga dan nonton anime

Selanjutnya

Tutup

Trip

Hotel dan Wisatawan Disabilitas: Mengubah Pengalaman Menginap Menjadi Inklusif

4 Desember 2024   09:00 Diperbarui: 4 Desember 2024   09:21 58
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menghadapi dunia yang semakin inklusif, hotel ikut serta bertanggung jawab untuk menciptakan pengalaman menginap yang ramah, nyaman dan setara bagi semua tamu, termasuk juga mereka, saudara kita yang menyandang disabilitas.

Tren global menuju inklusivitas ini didorong oleh peningkatan kesadaran akan pentingnya hak asasi manusia dan kebutuhan akan aksesibilitas dalam berbagai aspek kehidupan. Seperti di sektor perhotelan, sebagai bagian dari industri jasa yang orientasinya pada pelanggan, hotel memegang peran penting dalam memastikan bahwa semua orang, semua tamu, semua pelanggan, tanpa memandang kondisi fisik atau keterbatasan tertentu, dapat menikmati layanan yang setara dalam menikmati liburannya. Dengan demikian, hotel memiliki peluang untuk memberikan pengalaman yang lebih inklusif dengan memastikan fasilitas, pelayanan yang mereka berikan tidak hanya memenuhi kebutuhan dasar tamu tetapi juga memberikan kenyamanan maksimal tanpa terkecuali.

Modernisasi hotel harus bisa melampaui batasan tradisional dengan mengadopsi inovasi terbaru yang memudahkan wisatawan disabilitas. Hal ini bukan hanya tentang ketersediaan fasilitas, tetapi juga tentang menciptakan pengalaman yang mendukung mobilitas, kenyamanan, dan kemandirian. 

Hotel ramah disabilitas bukan hanya soal memenuhi regulasi yang berlaku, seperti standar aksesibilitas atau undang-undang anti-diskriminasi. Lebih dari itu, pendekatan ini mencerminkan komitmen nyata terhadap keberagaman dan inklusi, serta memberikan pengalaman yang lebih bermakna bagi para tamu.

Dengan menyediakan fasilitas seperti kamar yang mudah diakses, tidak hanya memiliki pintu yang lebih lebar atau kamar mandi dengan pegangan khusus, tetapi juga tata letak yang dirancang untuk memberikan kenyamanan maksimal tanpa hambatan, ada juga tanda petunjuk braille di area umum membantu tamu tunanetra untuk bernavigasi dengan percaya diri, sementara area parkir khusus memastikan aksesibilitas sejak awal kedatangan tamu, hingga pelatihan staf menjadi elemen kunci untuk memastikan bahwa setiap interaksi dengan tamu disabilitas berlangsung dengan penuh penghormatan, kesabaran, dan kesadaran akan kebutuhan khusus mereka agar pelayanan tamu disabilitas menjadi lebih baik lagi.

Hotel dapat menciptakan lingkungan yang benar-benar ramah dan mendukung. Fasilitas yang inklusif ini mencakup lebih dari sekadar memenuhi kebutuhan dasar; mereka juga menjadi simbol nyata dari perhatian terhadap detail dan empati terhadap kebutuhan tamu.

Langkah-langkah ini tidak hanya mencerminkan kepedulian hotel terhadap tamunya, tetapi juga menciptakan standar layanan yang unggul, tetapi juga memberikan keuntungan strategis bagi pihak hotel. Tamu yang merasa dihargai dan dipahami akan mendapatkan pengalaman menginap lebih inklusif, nyaman, dan bermakna. Dari hal tersebut, tamu cenderung membangun kepercayaan, loyalitas, dan bahkan menjadi duta merek yang merekomendasikan hotel kepada orang.

Dengan demikian, menjadikan hotel ramah disabilitas adalah investasi yang tidak hanya berdampak sosial tetapi juga mendukung keberlanjutan bisnis dalam jangka panjang. Dari sisi sosial, keberadaan fasilitas ramah disabilitas mencerminkan komitmen terhadap inklusi dan kesetaraan, memperkuat citra hotel sebagai institusi yang peduli terhadap keberagaman dan hak asasi manusia. Hotel yang mengambil langkah proaktif untuk menciptakan aksesibilitas yang lebih baik juga membantu mendorong perubahan positif di masyarakat, membuka jalan bagi standar layanan yang lebih inklusif di industri perhotelan dan sektor lainnya.

Dari sisi bisnis, pendekatan ini menciptakan peluang untuk memperluas pasar dan menarik segmen pelanggan baru, termasuk keluarga, teman, atau pendamping tamu dengan disabilitas. Pengalaman positif yang dirasakan tamu ini dapat menghasilkan loyalitas jangka panjang, ulasan yang baik, dan rekomendasi dari mulut ke mulut, yang semuanya berkontribusi pada peningkatan reputasi merek. Selain itu, dengan meningkatnya perhatian global terhadap tanggung jawab sosial perusahaan (CSR), hotel ramah disabilitas juga memiliki keunggulan kompetitif, terutama bagi tamu yang menghargai nilai-nilai keberlanjutan dan inklusivitas. Dalam jangka panjang, langkah ini tidak hanya memberikan dampak positif bagi komunitas tetapi juga memperkuat daya saing hotel di tengah persaingan yang semakin ketat.

Uraian yang penulis sampaikan diatas tentu saja tidak mudah dilakukan. Tentunya, banyak sekali entah itu hambatan, tantangan atau mungkin juga kelemahan dalam praktiknya. Misalnya, pembangunan atau renovasi fasilitas ramah disabilitas membutuhkan investasi besar, termasuk desain ulang bangunan, pembelian peralatan khusus, dan pelatihan staf. Belum lagi Hotel yang sudah lama berdiri mungkin memiliki keterbatasan ruang yang membuat penyesuaian aksesibilitas menjadi sulit. Atau mungkin tidak semua manajemen hotel memahami kebutuhan spesifik tamu disabilitas, sehingga strategi yang diterapkan bisa kurang tepat sasaran sehingga menganggap segmen pasar ini terlalu kecil untuk menjadi prioritas, mengabaikan potensi pasar yang sebenarnya.

Di luar sana, ada juga hotel yang sebenarnya telah menyediakan fasilitas ramah disabilitas, seperti yang sudah penulis jabarkan, tetapi mereka gagal mempromosikan keberadaan fasilitas tersebut secara efektif. Akibatnya, informasi penting ini tidak sampai kepada segmen pasar yang membutuhkan, yaitu tamu dengan disabilitas beserta keluarga atau pendamping mereka. Hal ini sering disebabkan oleh kurangnya strategi pemasaran yang spesifik, seperti minimnya deskripsi detail tentang fasilitas aksesibilitas di situs web, platform pemesanan online, atau materi promosi lainnya. 

Selain itu, hotel sering kali tidak memanfaatkan saluran komunikasi yang tepat, seperti organisasi atau komunitas disabilitas, untuk memperluas jangkauan informasi. Padahal, promosi yang tepat sasaran dapat membantu hotel tidak hanya menarik lebih banyak tamu dari segmen ini tetapi juga membangun citra positif sebagai tempat yang inklusif dan peduli terhadap keberagaman kebutuhan pelanggan. Dalam jangka panjang, kegagalan mempromosikan fasilitas ini bisa mengakibatkan hotel kehilangan peluang untuk bersaing di pasar yang terus berkembang menuju inklusivitas.

Akhir kata, penulis berkesimpulan, sebagai industri yang berorientasi pada pelayanan, hotel memiliki peluang besar untuk menjadi agen perubahan dalam menciptakan lingkungan yang inklusif dan ramah disabilitas. Dengan menghadirkan fasilitas yang mendukung, staf yang terlatih, dan strategi pemasaran yang tepat, hotel tidak hanya memenuhi tanggung jawab sosial mereka tetapi juga membangun hubungan jangka panjang dengan tamu dari berbagai latar belakang. Meski ada tantangan dan hambatan, investasi dalam aksesibilitas adalah langkah strategis yang tidak hanya meningkatkan citra perusahaan tetapi juga memperluas pasar dan menciptakan loyalitas pelanggan. Di era yang semakin menghargai keberagaman, menjadi hotel ramah disabilitas adalah keputusan yang berdampak positif secara sosial sekaligus mendukung keberlanjutan bisnis dalam jangka panjang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun