Tidak Menceritakan Perbuatan Maksiat Kita di Depan Khalayak Bukan Munafik
Akhir-akhir ini penulis sering menemukan statemen yang dilontarkan di media sosial.
Contoh narasinya seperti ini: "gue mah orangnya gak munafik. Pernah tidur dengan pria ini, pernah tidur sama pria itu ngaku saja. Gak ada yang ditutup tutupi."
Itulah contoh narasi yang penulis temukan. Orang-orang yang berstatemen semacam itu di media sosial banyak sekali. Bahkan beberapa diantaranya dilontarkan oleh seleb media sosial yang followersnya ratusan ribu bahkan jutaan orang.Â
Mereka menceritakan prilaku  yang tidak pantasnya di media sosial, seperti pernah berzina, ataupun jual diri. Bahkan ketika dikritik masalah berpenampilan yang menonjolkan aurot di media sosial bilangnya begini: "gue orangnya apa adanya. gue gak munafik. Ngapain loe ngurusin hidup orang. Bisa saja kan ada orang berjilbab, berpakaian rapi tapi hatinya lebih kotor daripada gue." Nah dia malah balik menjudge sama orang lain. Dia juga bilang ngapain ngurusin hidup orang yang padahal netizen itu hanya mengingatkan dan mengingatkan dalam kabaikan adalah sebuah kewajiban kepada saudara seakidah.
Tapi itulah fenomena yang saat ini sering penulis dapati. Mereka mengumbar aurat dan menceritakan perbuatan tidak terpujinya di media sosial dengan tidak malu-malu. Bahkan terkesan bangga. Lantas bagaimana dengan mereka yang mungkin pernah melakukan perbuatan tidak terpuji tapi lebih menutup diri dan tidak menyiarkannya di media sosial adalah suatau perbuatan munafik? Bukankah munafik itu dosa paling besar?Â
Nah disinilah letak kekeliruannya yang terkadang banyak diiyakan oleh orang awam. Tidak menyiarkan perbuatan buruk di media sosial bukanlah perbuatan munafik dan menyiarkan perbuatan yang buruk di media sosial justru mengumbar aib. Karena Allah saja menutupi aib kita masa iya kita malah sengaja mempertontonkan aib sendiri dipublik. Apalagi dengan harapan mendapatkan endors ini tentu sesuatu yang tidak terpuji.
Lantas kalau begitu munafik itu apa sih sebenarnya?
Kata munafik sebenarnya merupakan kata yang berasal dari terminologi Islam untuk merujuk pada mereka yang berpura-pura mengikuti ajaran agama Islam, tetapi sebenarnya hati mereka memungkirinya. Sedangkan dalam bahasa Arab, pengertian munafik artinya orang yang berpura-pura.
Sementara itu, mengacu kepada Kamus Besar Bahasa Indonesia atau KBBI, pengertian munafik ialah upaya berpura-pura percaya atau setia dan sebagainya kepada agama dan lainya. Akan tetapi, sebenarnya dalam hatinya tidak. Mereka selalu mengatakan sesuatu yang tidak sesuai dengan perbuatannya serta bermuka dua.
Secara spesifik deskripsi munafik ini disinggung dalam sebuah hadits tentang ciri-ciri oarang munafik.
"Di antara tanda munafik ada tiga: jika berbicara, dusta; jika berjanji, tidak menepati; jika diberi amanat, ia khianat." (HR. Muslim)
Sementara itu Al Qur'an juga menyinggung tentang orang-orang munafik.
Dan apabila mereka berjumpa dengan orang-orang yang beriman mereka berkata: "Kami telah beriman". Tetapi apabila mereka berjumpa kembali dengan setan-setan mereka berkata: "Sesungguhnya kami bersama kamu, kami hanya berolok-olok." (QS. Al Baqarah: 14)
Nah jika kita mengacu kepada penjelasan dalam terminologi Islam munafik itu sebenarnya lebih menyangkut pada keimanan seseorang kepada agama juga berhubungan  terhadap kredibilitas seseorang di lingkungannya. Bukan ketika dia bermaksiat lalu tidak menceritakannya dengan berbangga diri dikhalayak ramai maka dianggap munafik. Menceritakan perbuatan maksiat di depan khalayak ramai apalagi sambil berbangga diri dan tidak merasa itu sebuah dosa, itu termasuk perbuatan mengumbar aib dan terlarang dalam agama. Seperti yang diakatan oleh Al Qur'an dan hadits berikut.
"Sesungguhnya, orang-orang yang ingin agar (berita) perbuatan yang amat keji itu tersiar di kalangan orang-orang yang beriman, bagi mereka azab yang pedih di dunia dan di akhirat. Dan Allah mengetahui, sedangkan kamu tidak mengetahui." (QS. An-Nur: 19)