Mohon tunggu...
Sugiyanto Hadi Prayitno
Sugiyanto Hadi Prayitno Mohon Tunggu... Penulis - Lahir di Ampel, Boyolali, Jateng. Sarjana Publisistik UGM, lulus 1982. Pensiunan Pegawai TVRi tahun 2013.

Pensiunan PNS, penulis fiksi. Menulis untuk merawat ingatan.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Belasan Siswa SMPN 7 Kota Mojokerto Terseret Ombak Pantai Drini - Gunungkidul, Tiga Tewas Satu Hilang

31 Januari 2025   23:32 Diperbarui: 31 Januari 2025   23:32 22
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar - https://www.tribunnews.com

Berwisata ke laut, terlebih laut Selatan (berbatasan dengan Samudra Hindia), ibarat menantang maut. Terlebih bila tanpa persiapan dan pengetahuan cukup. Tanpa kesadaran dan kedisiplinan untuk mengikuti aturan yang ada.

Gambaran di atas belum jelas benar apa, siapa, dan mengapa. Jelasnya begini. Pelajar dan guru SMPN 7 Kota Mojokerto mengadakan 'outing class' (belajar di luar kelas) di pantai. Bukan ke pantai terdekat, tetapi ke wilayah provinsi lain.

Dari Kota Mojokerto rombongan berangkat menuju Yogyakarta pada Senin malam (27/1/2025) dengan lima bus. Sebanyak 257 siswa kelas 7 dan 8 pesertanya, didampingi 16 guru.

Untuk diketahui, di Gunungkidul terdapat lebih dari 60 pantai yang oleh masyarakat dan Pemkab setempat ditata dan disiapkan sedemikian rupa fasilitasnya untuk menerima kunjungan wisata.

Salah satunya Pantai Drini, yang termasuk wilayah Desa Banjarejo, Kecamatan Tanjungsari. Tepatnya berada di sebelah timur Pantai Baron (yang lebih dulu dikenal).

Untung tak dapat diraih, malang tak dapat ditolak. Suasana kegembiraan yang dibayangkan bakal terjadi sejak keberangkatan hingga tiba di lokasi pada pukul 04.00 pagi, tak perlu waktu lama berujung tragedi. Sekitar pukul 07.00 saat seharusnya acara dimulai dengan sarapan pagi, ternyata sejumlah siswa telah mendahului bermain air di pesisir.

Tanpa sepengetahuan para guru, dan tentu juga tanpa mengindahkan ketentuan tentang kawasan mana yang boleh dan tidak boleh dijadikan tepat bermain.

Akibatnya fatal, pada Selasa pagi (28/1/2025) itu sebanyak 13 siswa terseret ombak saat berenang di Pantai Drini itu. Tiga orang di antaranya ditemukan meninggal dunia. Berikut sederet fakta kejadian memilukan yang terjadi di Yogyakarta.

*

Begitu banyak pantai yang dapat dikunjungi, maka pilihan pertama haruslah yang aman dan nyaman sebagai lokasi wisata. Mungkin juga yang terdekat supaya biayanya tidak membengkak. Itu tugas para guru. Sangat bagus bila ada beberapa guru, setidak salah satu guru, mengetahui berpengalaman dan benar aturan main yang harus diikuti ketika berwisata di pantai.

Para guru memiliki tanggungjawab besar atas keselamatan - keamanan dan kenyamanan ratusan siswa peserta wisata. Ternyata benar, para guru tidak cukup mampu menertibkandan mengendalikan paa siswanya. Jadwal sarapan yang mestinya dilakukan, dilanggar sejumlah siswa.

Keindahan pantai yang penuh pesona melenakan belasan siswa, mereka lepas kendali untuk segera menyongsong ombak. Suasana cerah ceria penuh canda-tawa pagi itu segera berubah menjadi teriakan mina tolong memilukan.

Anak-anak itu terjebak pada situasi hidup-mati, untuk mempertahankan nyawa, karena adanya 'rip current'. Permukaan air laut yang tampak tenang ternyata berarus sangat deras dan membahayakan. Mereka terseret ombak ke tengah laut, dan tenggelam.

Istilah 'Rip Current' dimaknai sebagai arus kuat dari air laut yang kemudian dengan cepat bergerak kembali menjauh dari pantai. Meski tampak tenang, arus itu mampu menyapu ke laut perenang terkuat sekalipun.

Terjadinya 'rip current' disebabkan adanya pertemuan ombak yang sejajar dengan garis pantai. Fenomena ini menyebabkan terjadinya arus balik dengan kecepatan arus yang tinggi.

*

Apa yang selanjutnya mesti dilakukan? Penjabat (Pj) Wali Kota Mojokerto - Moh Ali Kuncoro menyatakan rasa prihatin, berbelasungkawa, dan akan melakukan evaluasi menyeluruh terhadap kegiatan 'outing class'. Untuk sementara Pemkot menghentikan semua kegiatan serupa di sekolah-sekolah.

Sekretaris Daerah Kota Mojokerto pun segera mengumpulkan seluruh kepala sekolah SD dan SMP. Tujuannya untuk membahas evaluasi kegiatan 'outing class' agar insiden serupa tidak terulang. (SH/31-1-25)

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun