Para guru memiliki tanggungjawab besar atas keselamatan - keamanan dan kenyamanan ratusan siswa peserta wisata. Ternyata benar, para guru tidak cukup mampu menertibkandan mengendalikan paa siswanya. Jadwal sarapan yang mestinya dilakukan, dilanggar sejumlah siswa.
Keindahan pantai yang penuh pesona melenakan belasan siswa, mereka lepas kendali untuk segera menyongsong ombak. Suasana cerah ceria penuh canda-tawa pagi itu segera berubah menjadi teriakan mina tolong memilukan.
Anak-anak itu terjebak pada situasi hidup-mati, untuk mempertahankan nyawa, karena adanya 'rip current'. Permukaan air laut yang tampak tenang ternyata berarus sangat deras dan membahayakan. Mereka terseret ombak ke tengah laut, dan tenggelam.
Istilah 'Rip Current' dimaknai sebagai arus kuat dari air laut yang kemudian dengan cepat bergerak kembali menjauh dari pantai. Meski tampak tenang, arus itu mampu menyapu ke laut perenang terkuat sekalipun.
Terjadinya 'rip current' disebabkan adanya pertemuan ombak yang sejajar dengan garis pantai. Fenomena ini menyebabkan terjadinya arus balik dengan kecepatan arus yang tinggi.
*
Apa yang selanjutnya mesti dilakukan? Penjabat (Pj) Wali Kota Mojokerto - Moh Ali Kuncoro menyatakan rasa prihatin, berbelasungkawa, dan akan melakukan evaluasi menyeluruh terhadap kegiatan 'outing class'. Untuk sementara Pemkot menghentikan semua kegiatan serupa di sekolah-sekolah.
Sekretaris Daerah Kota Mojokerto pun segera mengumpulkan seluruh kepala sekolah SD dan SMP. Tujuannya untuk membahas evaluasi kegiatan 'outing class' agar insiden serupa tidak terulang. (SH/31-1-25)
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI