Mohon tunggu...
Sugiyanto Hadi Prayitno
Sugiyanto Hadi Prayitno Mohon Tunggu... Penulis - Lahir di Ampel, Boyolali, Jateng. Sarjana Publisistik UGM, lulus 1982. Pensiunan Pegawai TVRi tahun 2013.

Pensiunan PNS, penulis fiksi. Menulis untuk merawat ingatan.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Seperti Mbok Yem, Pendaki Reza (100 Kg) Turun Gunung Lawu Harus Ditandu

30 Januari 2025   22:32 Diperbarui: 30 Januari 2025   22:32 28
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Menjadi viral, itulah cerita tentang pendaki yang diberitakan pada banyak media cetak (dan mungkin elektronik dan medsos) dua hari ini.

Sebab ceritanya mirip dengan Mbok Yem, turun dari Gunung Lawu (tinggi 3.265 mdpl/meter di atas permukaan laut) dengan ditandu, melalui jalur Cetho, Kecamatan Jenawi, Kabupaten Karanganyar - Jawa Tengah (Jateng), karena jatuh keseleo pada Rabu (29/1/2025). Jelas Reza tidak mampu lagi berjalan turun sendiri.

Reza, begitu nama pendaki malang itu. Ia berasal dari Jakarta. Entah berapa usianya, jurnalis lupa bertanya atau setidaknya sempat memperkirakan berapa. Seorang pendaki yang berhasil naik, tetapi gagal turun karena terpeleset saat turun di Pos 3.

Padahal berat tubuhnya, dan ini menarik untuk dijadikan judul sejumlah media, lebih dari 100 kilogram (menurut perkiraan para pengusung tandu).

Sedangkan Mbok Yem karena usianya, lebih dari 80 tahun. Beliau sudah belasan atau puluhan tahun menjadi penghuni tetap puncak Gunung Lawu. Pekerjaannya memang di atas sana, menjadi penjaga sekaligus pemilik warung makan.

Untuk urusan berlebaran di kampungnya, ia turun. Kampung halaman Mbok Yem, pemilik warung di puncak Gunung Lawu, adalah Dusun Galih, Desa Gonggang, Kecamatan Poncol - Magetan

Pelanggannya tentu saja para pendaki yang kehausan dan kelaparan, dan merasa tak perlu membawa bahan makanan sendiri karena ada warung Mbok Yen.

Tentu saja, Mbok Yem naik dan turun menggunakan tandu. Cukup dua orang penandu saja sekali kali bergerak. Mungkin bobot Mbok Yem sekitar 60 kilogram. Beda dengan Reza yang harus ditandu oleh empat orang sekali jalan. Jadi, total 20 orang relawan bergantian menandu Reza untuk menuruni jalanan sempit, terjal, dan licin itu.

Untuk Mbok Yem naik-turun Lawu pasti sudah diperhitungkan dengan harga makanan-minuman yang disajikannya di atas sama. Ia membayar para penandu.

Sedangkan Reza harus minta bantuan para relawan. Entah berapa rupiah kalau harus membayar sendiri. Teman-temannya satu rombongan ketika naik Lawu pun bakal kewalahan mengatasi hal itu.

Maklumlah, cuaca akhir-akhir ini kurang bersahabat, musim penghujan. Meski hanya gerimis cukuplah membuat jalannya tak memadai untuk para pendaki. Terlebih untuk pendaki 'kelas berat' seperti Reza.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun