"Kenapa soal speaker saja diributkan ya, Bang? Itu 'kan hal kecil?" tanya Mak Jumilah ketika berjalan beriringan dengan suaminya menuju masjid.
"Bukan diributkan. Menurut Abang sih, di dunia ini tidak ada hal kecil. . . . !"
"Semua hal penting ya, Bang? Tidak ada kata 'hanya' sebelum disebutkan lebih ahulu pembandingnya. Kuingat, Abang pernah bilang begitu. . . . !"
"Betul. Jangan lekas berprasangka buruk. Lalu menyalahkan. Padahal. . . . ."
"Teruskan, Bang. Aku menunggu kata-katamu setelah 'padahal' itu. . .. . . Â ," ucap Mak Jumilah meniru lawakan entah siapa di grup Srimulat. Tersenyum ia sendirian.
Bang Brengos baru menjawab lanjutan kata 'padahal' sepulang dari masjid.
"Ada sebuah lelucon yang sarkas tapi 'nonjok' betul sindirannya, Bu. Pernah baca atau dengar?"
"Belum, Bang. Apa itu?"
"Tentang muazin yang melantunkan azan bukan pada waktunya. Salat subuh tidak, tapi jam 10 pagi baru azan. Karuan saja orang-orang berdatangan ke masjid. 'Gila kamu, Mang Yana. Sudah siang begini baru azan subuh. . . .' Seru orang-orang yang datang. Dijawab muazin itu dengan enteng. 'Maaf, bangun kesiangan. Â Tapi, apa bukan kalian yang gila. Hari gini mau salat subuh di m asjid?"
"Anekdot ya, Bang?"
Bang Brengos tak menjawab. Sampai di rumah segera duduk di kursi di ruang tengah. Membuka mushaf, lalu tenggelam dalam lantunan ayat-ayat Ilahi dengan suara lirih. Hal serupa dilakukan Mak Jumilah.