Kondisi gigi buruk berpengaruh pada keseimbangan fungsi mulut. Kelancaran dan kejelasan saat bicara bisa terganggu. Penampilan dan rasa percaya diri pun tak jarang dipengaruhi kondisi gigi.
Menengok awal karier. Begitu lulus dari FKG UGM Yogyakarta pada 1982, Laksmi Widyastuti langsung mendaftar ke Kemenkes. Diterima, dan di ditempatkan pada sebuah Puskesmas di wilayah Kabupaten Sleman. Begitulah, setiap dokter baru mengawali karier kedinasannya.
Letak Puskesmas itu dekat pasar. Tak pelak pasien pun sebagian besar para bakul (pedagang) pasar. Untuk tindakan medis setelah disuntik pasien disuruh menunggu beberapa saat agar obat untuk kekebalan bekerja. Setelah beberapa saat pasien dipanggil, ternyata sudah tidak ada. Menghilang, dan harus dicari-cari. Rupanya mereka tak rela meninggalkan dagangannya meski sebentar. Lama-kelamaan Laksmi terbiasa kebiasaan itu. Terlebih saat hari pasaran, yaitu Wage, antrian panjang.
Dua tahun saja berdinas di Puskesmas, pada 1985 Laksmi pindah ke Jakarta, dan ditempatkan di klinik DPR RI. Ia menggantikan dokter gigi yang akan pindah Kalimantan mengikuti tugas suami.
Agak grogi awalnya. Dari semula melayani rakyat jelata, dengan peralatan sederhana ala Puskesmas. Mendadak harus melayani anggota Dewan yang terhormat beserta keluarga mereka, menggunakan peralatan canggih.
Meski masa reses, jumlah pasien antara 20 sampai 30 pasien. Bahkan pernah 40 pasien. Â Tiga dokter gigi melayani. Maklumlah, yang dilayani anggota dan pegawai DPR serta keluarga inti mereka, juga staf ahli dan sekretaris anggota DPR.
Seiring berjalannya waktu ia menjadi terbiasa. Para bapak dan ibu anggota Dewan ternyata ramah-ramah. Tidak segarang saat di ruang sidang maupun di layar tv.
Ia yang semula tidak suka politik harus membiasakan diri. Lama-kelamaan paham dan mampu mengikuti isi pembicaraan mereka. Yang tak habis diheraninya, kenapa setiap hendak tampil d layar tv mereka minta karang giginya dibersihkan. Padahal belum lama hal serupa sudah dilakukan. Aneh tapi nyata.
Jabatan terakhir Laksmi Widyastuti sebagai Kepala Bagian ( Kabag) Pelayanan Medis / Kepala Poliklinik. Ia pensiun pada 2016. Tapi pekerjaan lain segera diembannya, yaitu sebagai pengurus di TP PKK Pusat dibawah Kemendagri. Tidak digaji, tetapi tugasnya menyenangkan yaitu keliling ke berbagai provinsi untuk melatih para kader PKK. Sejak 2008 ia menjadi relawan Tzu Chi Internasional Medical Acosiation ( TIMA), di bawah Yayasan Bhudha Tzu Chi Indonesia.
*