*
Kejadian memberi beberapa perenungan, pertama, kecelakaan di jalan raya dapat terjadi karena satu penyebab, atau banyak sebab sekaligus. Mengantuk, kurang konsentrasi, tidak mengenal/menguasai medan, mengemudi sambil melakukan kegiatan lain hingga kehilangan konsentrasi, mengendarai/mengemudi kendaraan tergesa-gesa  atau ugal-ugalan, dan/atau kurang memadainya sarana-prasarana lalu-lintas yang dilalui.
Kedua, orang cenderung ingin menutup kesalahan meski harus dengan kesalahan lain yang lebih besar. Dalam kejadian di atas, peristiwa tabrakan dan menimbulkan korban jiwa maupun luka-luka merupakan hal biasa. Tetapi usaha untuk menghindari hukum dengan membuang korban, menjadi kejahatan lain dengan sangkaan pasal berlapis. Terlebih setelah diketahui (dari pemeriksaan forensik) salah satu korban, Handi, ternyata masih hidup ketika dibuang.
Ketiga, ketiga pelaku yang merupakan anggota TNI mestinya memberi teladan kepada warga masyarakat untuk bersikap kesatria dan bertanggungjawab bila memang melakukan kesalahan, meski bukan sebuah kesengajaan.
Keempat, dalam peristiwa ini (dan banyak peristiwa lain) keterangan dan foto/video warga membantu kecepatan dan keberhasilan kerja penegak hukum. Maka sudah selayaknya hasil karya dari jurnalisme warga mendapatkan penghargaan, baik dari media massa/online maupun dari institusi penegak hukum (terutama Kepolisian).
*
Untuk menunjukkan empati dan simpati kepada korban kecelakaan, Kepala Staf TNI Angkatan Darat Jenderal Dudung Abdurachman, Senin (27/12/2021), berkunjung ke rumah orangtua Handi dan Salsabila di Kampung Cijolang, Garut, Jawa Barat. Sumber 3/
Dudung Abdurachman menyampaikan permintaan maaf karena tindakan anggota TNI Angkatan Darat bawahannya hingga menimbulkan dua korban jiwa. Pada kesempatan itu Dudung didampingi istrinya memberikan santunan dari Komando Daerah Militer XIII/Merdeka. Dilanjutkan berziarah ke makam kedua korban tewas.
*
Peristiwa di atas kiranya menjadi pembelajaran berharga, dan tidak perlu terjadi lagi. Tertimpa kecelakaan menjadi hal yang kerap sulit dihindari, tetapi tidak harus menjadi panik dan gelap mata. Maka bagi pengemudi tingkatkan kehati-hatian dan kewaspadaan, ikuti aturan dan sempurnakan lengkapi. Â Lebih dari itu, jaga sikap-mental dan akhlak. Selebihnya doa.
Itu saja. Lepas dari persoalan siapa benar dan siapa salah, betapapun kita mesti berempati pada keluarga korban, maupun keluarga pelaku. Mereka pun menjadi korban (kehilangan anggota keluarga, atau  kehilangan harapan masa depan) dari sebuah kecelakaan lalu-lintas yang sama-sama tidak dikehendaki itu. Wallahu a'lam. ***