Mohon tunggu...
Sugiyanto Hadi Prayitno
Sugiyanto Hadi Prayitno Mohon Tunggu... Penulis - Lahir di Ampel, Boyolali, Jateng. Sarjana Publisistik UGM, lulus 1982. Pensiunan Pegawai TVRi tahun 2013.

Pensiunan PNS, penulis fiksi. Menulis untuk merawat ingatan.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Aksi Berbikini di Jalan dan Kibaran Bendera Putih

6 Agustus 2021   22:48 Diperbarui: 6 Agustus 2021   22:56 255
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
pedagang jalan malioboro kibarkan bendeera putih - merdeka.com

Dramatisnya, ia sempat meninggalkan rekaman alasan mengambil jalan itu. Usaha sendiri bangkrut, utang bertumpuk.

Penelitian aspek psikhis menyimpulkan, ia tidak dalam keadaan stres. Ada sejawat sesama pengurus pengelola kafe dan restoran mengira Bon hanya bersandiwara. Tidak betul-betul senekat itu. Sementera MUI setempat berkomentar, apapun alasannya usaha bunuh diri itu salah. Celaka di dunia, celaka pula di akhirat.

*

Masih terkait protes perpanjangan PPKM ada puluhan pedagang di seputaran stadion di Ciceri, Serang, memilih cara lebih santun, simbolis, tetapi tak kalah menyedot perhatian masyarakat. Mereka kompak memasang bendera putih pada akhir bulan lalu. Mungkin mereka meniru pada banyak kota lain.

Para pedagang merasa semakin jauh dari pembeli. Hingga secara ekonomi merasa makin tak berdaya untuk meghidupi keluarga. Kibaran bendera putih menandai kondisi mereka yang menyerah pada keterjepitan yang parah.  

Seorang pedagang, mewakili suara pedagang lain, menyatakan rasa jengkel. Penghasilan turun drastis selama pemberlakuan PPKM Darurat. Jeritan hati itu diungkapkan dengan memasang bendera putih.

*

Sekadar renungan. Idealnya orang-orang yang menginginkan lockdown sejak awal yang sigap menanggapi banyak protes perpanjangan PPKM. Dengan "lockdown terbatas" saja aksi protes-demo-mengancam rusuh-merebut jenazah terpapar Covid-19 tak putus-putus. Apalagi bila diberlakukan "lockdown betulan".

Tapi ya, beginilah memang kondisi sebagian kita. Ketika menjadi pemain tak cukup memadai hasilnya. Ketika menjadi penonton lagaknya congkak betul. Bersikap layaknya komentator bulutangkis di layar televisi yang gampang menyalahkan: terlalu terburu-buru (sergapan yang menyangkut di net), kurang cermat (bola lambung ke belakang dan dibiarkan, dikira out), membuang-buang angka (smash keras dengan sekuat tenaga, tetapi melebar).

Tiga peristiwa di atas kiranya sekadar renungan kecil. Protes keras boleh, tapi sebaiknya ikuti aturan, dan tak perlulah memakai aksi berbikini di tempat ramai, dan apalagi aksi bunuh-membunuh, meski itu membunuh diri sendiri. Tidak patut, salah, tiada guna, dan kurang pintar.

Padahal banyak cara lain. Pakai saja cara protes yang damai dan tidak bikin gaduh: kibarkan bendera putih. Yang artinya menyerah, kalah, lempar handuk. Dan biarkan virus korona menambah angka kemenangan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun