*
Berakhir Peluk-Pelukan dalam Tangis
Ada lagi tuturan yang tak kalah panjang dan seru. Disampaikan oleh teman Mbak Tiesni Handayanti. Kali ini lengkap gambaran kondisi yang terjadi, juga dialog, maupun suasana hati dan perasaan, sebagai berikut:
"Pagee aq ngalami itu..krn aq n p.Issa pas di Jogja di Merapi view jln.Kaliurang...berdua aja. Kesaksian ku.. mmng betul di halaman rumah , hamparan rumput rumah ku sprt karpet yg yg di goyang2...tanah nya kliatan... Dan mobil ku  njondhil2 duwur bngt...kabel2 listrik sprt kita klau main lompat tali ... Genteng pada mlorot jatuh.... "
"Aq mlayu metu omah ke arah depn.... Lha p.Issa kok ora metu2 omah..aq mlebu maneh... lha kok  mbalah ijik nang halamn mburi lagi gondelan tower sik nggo toren air... Wallllaaaahhh.... Njur tak.geret metu...kearah dpn...karo wel2an lha genteng pada tiboo.. Agak.lumayan lama juga itu gempa jogja... Sereeeem lah..n tak terlupakan...."
Takut dan kalut, dan panik jadi satu. Ditambah bingung. Itulah yang dirasakan mbak Tiesni. Apalagi ketika komunikasi terputus. Ia sempat menelepon adik-adiknya di Jakarta. Titip anak-anak, ucapnya. Tak lama listrik diputus, padam. Ponsel pun tak ada sinyal.
Mengungsi, menjadi kata kunci. Mobil disiapkan, koper isi surat-surat penting dimasukkan. Pengungsi lain berebut jalan. Mereka berteriak-teriak akan datangnya tsunami. Jalan kaliurang kilometer 11 pun penuh. Jadi 5 jalur. Setelah beberapa saat berpikir, merasa aneh, bukankah mereka ada di ketinggian?
"Stlh reda aq kelilng komplek ternya bnyk yg parah..pada ambrol bangunan2.. Â Trs bar kui aq mlebu ngomah njur peluk2an karo p.Issa karo nangis wong 2.. Â Jebul iki mau gempa tenanan n dahsyat... Pagi nya aq turun ke arah selatan...kliling2... Ya Allah...Bantul porak poranda..."
*
Putus komunikasi akibat gempa, begitu cerita Mas Ekasmara, kala itu pejabat pada sebuah perusahaan telekomunikasi. Cerita dalam Jawa di rumah isterinya, dibatasi dengan titik-titik pula. Ada saudara isterinya yang "kembrukan tembok" (tertimpa tembok), sebagai berikut:
"Omah bojoqu nang mBantul wis rata, adik pripan kembrukan tmbok rubuh, meninggal .. Â Pas gempa sworon gemuruh medni, lemah koyo ombak .., gempa ngono ra gur sepisan .."