*
Lepas dari hukuman mati (untuk tindak kriminal dengan dampak tertentu, yaitu kematian) memberi maaf merupakan tindakan mulia. Sedangkan meminta maaf dengan rendah hati, mengakui kesalahan, dan berjanji tidak akan mengulang perbuatan buruknya, merupakan ciri seorang ksatria.
Jangan sampai gara-gara ucapan, ejekan, perang mulut, salah pengertian, beda pendapat, dan beda orientasi politik tinbul tindak kriminal hingga pembunuhan. Sangat mudah mendapatkan peristiwa serupa itu pada media. Sakit hati, dendam, merasa dipermalukan, diselingkuhi, ditipu, ingkar janji, dan seribu-satu alasan lain, kerap membawa kondsi kejiwaan seseorang menjadi kalap dan kriminal.
Menurut Fuad Nashori tindakan orang lain yang menimbulkan rasa sakit hati ternyata menimbulkan berbagai dampak fisik dan psikologis. Mulai kesehatan jantung dan sistem peredaran darah , kanker, tekanan darah, tukak lambung, flu, sakit kepala, hingga sakit telinga. Sakit hati penyebab marah, dendam dan benci. Bahkan menjadi sumber stres dan depresi manusia.
Dua cara untuk menghalau sakit hati, yaitu bersabar dan memaafkan.
Diperlukan ketangguhan, kedewasaan, dan pikiran jauh ke depan untuk mampu bersabar. Bersabar diperlukan untuk mengantisipasi tindakan tergesa-gesa dan sembrono yang kelak akan sangat disesali. Sedangkan memaafkan merupakan tindakan untuk menjauh dari berbagai kemungkinan munculnya rasa sakit hati. Sebab pada akhirnya kita akan menyadari tindakan orang lain yang menyakitkan hati itu merupakan cobaan (berupa ketakutan, kelaparan, kehilangan harta dan jiwa) dari Allah. Maka kembalikan semua urusan itu kepada-Nya.
*
Terkait kata "memaafkan orang lain" dan perayaan Idul Fitri 1442 Hijriah, tidak ada tindakan yang lebih baik dari pada memaafkan tanpa syarat. Diikhlaskan saja sepenuhnya. Bersamaan dengan itu kita mawas diri, banyak berkaca, dan memantas-mantaskan diri sebagai seorang pemaaf sejati.
Jangan-jangan justru salah kita yang lebih banyak, lebih menyakitkan hati orang lain, lebih kriminal, dan seterusnya. Maka segeralah meminta maaf. Itu tindakan kesatria. Sebab berani jujur dan mengakui kesalahan. Tentu dengan kesanggupan dan janji sungguh-sungguh tidak akan mengulangi perbuatan itu lagi.
*
Nah, itu saja tausiah singkat untuk diri sendiri, khususnya. Juga untuk pembaca sekalian, pada umumnya. Sekadar mengingatkan, Rasulullah pun memaafkan. Wallahu a'lam. ***