Mohon tunggu...
Sugiyanto Hadi Prayitno
Sugiyanto Hadi Prayitno Mohon Tunggu... Penulis - Lahir di Ampel, Boyolali, Jateng. Sarjana Publisistik UGM, lulus 1982. Pensiunan Pegawai TVRi tahun 2013.

Pensiunan PNS, penulis fiksi. Menulis untuk merawat ingatan.

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Artikel Utama

Berakhirnya Latihan Sebulan

12 Mei 2021   08:25 Diperbarui: 12 Mei 2021   17:49 1532
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ketiga, bersifat iri-dengki.  Ada sifat iri yang masih ditolerir, yaitu iri terhadap aoang lain dalam hal pencapaian amal-ibadah maupun ilmu agama. Sebab dengan sifat iri seseorang terpacu untuk meniru, bahkan melebihi orang yang lain. 

Namun, iri dalam hal pencapaian keduniaan tentu salah. Apalagi disertai dengki. Dengan dengki seseorang bisa tega menyengsarakan, bahkan menghabisi nyawa orang orang yang menjadi sasaran kedengkiannya.

*

Tiga perilaku salah di atas diuraikan Ketua DKM Masjid Baabussalam Udin Syamsudin pada kultum Subuh terakhir bulan Ramadan 1442 Hijriah. Ia menyebut tiga saja. Tentu masih banyak yang lain. Untuk sifat sombong, dicontohkannya sikap kita terhadap penderes lahang (air nira untuk pembuat gula).

Orang-orang yang berpendidikan tinggi tak jarang menganggap pekerjaan pembuat gula itu mudah. Padahal rumit, perlu kerja keras, dan runtut, sesuai dengan urutan kerja. 

Tidak sembarang orang mampu melakukannya. Dari memajat pohon tinggi, mengambil air nira, hingga memasak/mengolah, dan membuat cairan pohon aren/kelapa itu menjadi gula merah.

Di luar sifat pelupa dan berbagai kekuangan lain, seorang pembuat gula merah punya keahlian yang mumpuni yang tidak pantas untuk direndahkan atau dianggap sepele.

Untuk sifat rakus, dicontohkan mengenai seorang karyawan yang berbuat curang dan dapat merugikan orang lain. Makin tinggi jabatan si Rakus akan semakin banyak orang lain dirugikan. Makin besar pula kesengsaraan para korban dibuatnya. 

Baca juga: Menyadari Gagal, Pesan Tunggal, dan Berbaik Sangka

Sedangkan untuk sifat iri-dengki, digambarkan dua orang pekerja kasar buruh gali tanah yang pergi ke kota. Satu orang bekerja keras dan rajin, hasil pekerjaannya dikumpulkan. Sedangkan seorang lain hidup boros dan tanpa perhitungan. 

Setelah uang terkumpul cukup banyak si buruh kasar pertama hendak pulang kampung. Buruh kedua malu untuk pulang. Tapi kemudian dipaksakannya juga. 

Di perjalanan pulang sifat iri-dengkinya diperlihatkan, yaitu membunuh demi menguasai uang yang dimiliki temannya itu. 

Baca juga: Manfaatkan Bayar Zakat Fitrah secara Online

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun