Mohon tunggu...
Sugiyanto Hadi Prayitno
Sugiyanto Hadi Prayitno Mohon Tunggu... Penulis - Lahir di Ampel, Boyolali, Jateng. Sarjana Publisistik UGM, lulus 1982. Pensiunan Pegawai TVRi tahun 2013.

Pensiunan PNS, penulis fiksi. Menulis untuk merawat ingatan.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Empati dan Simpati Atas Tenggelamnya KRI Nanggala-402

27 April 2021   15:40 Diperbarui: 27 April 2021   15:55 295
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tujuh akun media sosial diduga membuat komentar tak senonoh dan tidak pantas, juga guyonan yang tak sopan, atas musibah yang terjadi. Komentar mereka terkait tenggelamnya KRI Nanggala- 402 dan menewaskan ke 53 awaknya. Polisi mengusut akun-akun tersebut, dan memastikan untuk melakukan proses hukum.

Dari 7 akun tersebut 2 akun diantaranya anonymous, ditindaklanjuti pemblokiran melalui kewenangan Kemenkominfo. Lima akun lain dilakukan pengusutan. 

Menurut media, berikut pemilik 5 akun yang identitasnya jelas. Pertama, Fajar Indriawan menggunakan akun Facebook dengan nama Fajarnnzz. Sangat memprihatinkan sebab ternyata ia oknum polisi. Penyidikan dilakukan Subdit 1 Dittipidsiber Bareskrim Polri, berkoordinasi dengan Polda DIY.

Kedua, Ahmad Khoizinudin juga menggunakan akun Facebook. Belum ada keteranga tempa tinggal yang bersangkutan. Penyidikan akan dilakukan oleh Subdit 2 Dittipidsiber Bareskrim Polri.  Ketiga, belum ada nama dan alamat, dengan akun WhatsApp (WA) 62819912xxxxx. Penyidikan juga dilakukan oleh Bareskrim Polri.

Keempat, Imam Kurniawan yang menggunakan ada akun Facebook. Ia ditangani penyidikannya oleh Subdit Siber Ditkrimsus Polda Sumatera Utara. Imam sudah ditangkap untuk penyelidikan lebih lanjut. Ia menulis komentar tak senonoh tentang istri salah satu awak kapal selam yang tenggelam.

Kelima, Jhon Silahoi, pemilik akun Facebook. Pendalaman dilakukan oleh Subdit Siber Ditkrimsus Polda NTT. Jhon Silahoi menulis komentar negatif terhadap para awak KRI Nanggala-402 yang gugur.

Mungkin masih ada komentar/opini serupa berbagai platform media sosial (selain facebook dan WA) yang tak senonoh/negatif, dan belum ada laporan untuk pengusutannya.  Baca juga: Diplomasi, Pertemuan Virtual, dan Tantangan Diplomat Senior Bikin Buku

*

Selintas mengenai gambaran kapal selam KRI Nanggala-402. Kapal selam buatan Jerman 40 tahun lalu tersebut dilaporkan hilang kontak (submiss) pada Rabu (22/4/2021) dini hari. Saat itu kapal selam sedang melakukan latihan di perairan utara Pulau Bali.

Empat hari setelah pencarian, kapal selam dinyatakan tenggelam (subsunk). KRI Nanggala-402 ditemukan terbelah menjadi tiga bagian pada kedalaman 838 meter di bawah permukaan laut.  Semua awak KRI Nanggala-402 yang berjumlah 53 orang dinyatakan gugur.

Sebutan dunia untuk kondisi itu, awak kapal selam KRI Nanggala-402 mengalami "On Eternal Patrol", berpatroli untuk selamanya, atau bertugas selamanya tidak kembali lagi.

Segenap anggota TNI Angkatan Laut berkabung. Juga segenap anggota TNI dan Polri. Bahkan seluruh warga bangsa. Ucapan dukacita muncul dari berbagai kalangan.  Sayangnya ada segelitir netizen yang kehilangan rasa empati dan simpati, dengan berkomentar/opini sembarangan, salah satunya justru oknum polisi.  Baca juga: Sule Sutisna, Nathalie Holscher, dan EGP

*

Menurut Tika Bisono, seorang psikolog, komentar dan lelucon tidak senonoh/negatif sejumlah orang atas tenggelamnya kapal selam Nanggala - 402 menunjukkan yang bersangkutan tidak punya rasa empati dan simpati.

Dalam Ilmu Psikologi, empati merupakan bagian dari kecerdasan emosi. Mestinya tiap orang punya kecerdasan dan kematangan emosi, sehingga mampu merespons setiap peristiwa yang ada di sekitarnya dengan pikiran positif. Menilik para pelaku rata-rata berusia muda, diduga kematangan emosi mereka masih labil.

Tika Bisono menyoroti kondisi itu dari hasil dari pola asuh, dan latar-belakang cara seseorang dalam mengelola kecerdasan sosial. Proses pengembangan mental bukan hanya berupa belas kasihan, melainkan juga adanya penghormatan, dalam hal ini institusi TNI Angkatan Laut. 

*

Khusus mengenai penanganan Fajar Indriawan, yang ternyata seorang polisi berpangkat Aipda dan bertugas di Polsek Kalasan, Kabareskrim memastikan akan diproses secara hukum. Komentar negatif yang berkaitan dengan tragedi kapal selam KRI Nanggala-402 mencederai institusinya yang sama-sama bertugas demi NKRI.

Aipda Fajar telah diamankan sejak Minggu (25/4/2021) oleh Polda Daerah Istimewa Yogyakarta, dan tengah menjalani pemeriksaan di Propam Polda DIY. Selain proses pidana, yang bersangkutan juga akan  diproses melalui sidang Kode Etik dan Profesi Polri (KEPP).

Baca juga: Lagu Jelang Sahur, Grup Bimbo, dan Memperbanyak Amal-Ibadah

*

Presiden Joko Widodo mengatakan, kabar tenggelamnya KRI Nanggala-402 mengejutkan seluruh rakyat Indonesia. "Musibah ini mengejutkan kita semua, tidak hanya keluarga 53 awak kapal, keluarga Hiu Kencana maupun keluarga besar TNI Angkatan Laut, tapi juga seluruh rakyat Indonesia," kata Jokowi yang disiarkan kanal YouTube Sekretariat Presiden, Minggu (25/4/2021).

Ucapan dukacita berdatangan dari berbagai kalangan di dalam negeri. Belasungkawa juga datang dari  banyak negara, diantaranya Malaysia, Singapura, Amerika Serikat, Australia, Korea Selatan, Turki, dan Inggris.

*

Setiap peristiwa ada hikmahnya. Bijak menggunakan media sosial, dan juga bijak beropini maupun berkomentar sifatnya wajib. Kali ini kita kembali memperoleh contoh buruk pada diri Aipda Fajar Indriawan dan pra pengunggah komentar buruk yang lain. Mereka bukan sosok bagus untuk ditiru.

Terakhir, mari kita doakan agar 53 orang awak kapal selam Nanggala-402 mendapatkan tempat terbaik di sisi-Nya. Bagi awak kapal muslim, semoga diterima amal-ibadah mereka, diampuni semua dosa mereka. Aamiin. Wallahu a'lam. ***

Sekemirung, 27 April 2021 / 15 Ramadan 1442
Sugiyanto Hadi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun