Mereka bertiga tidak menulis surat yang kemudian dibukukan, dan menjadi fenomenal. Pun sangat jauh dari ketokohan sosok Kartini. Tetapi pagi penulis, ketiganya merupakan "Kartini" juga, pahlawan yang tak terlupakan jasa mereka dalam keluarga. Mereka juga "Ibu" seperti kriteria yang dibuat RA Kartini, sebagai berikut:
"Seorang perempuan yang mengorbankan diri untuk orang lain, dengan segala rasa cinta yang ada dalam hatinya, dengan segala bakti, yang dapat diamalkannya, itulah perempuan yang patut disebut sebagai "ibu" dalam arti sebenarnya." Sumber 2/
Satu hal lagi, RA Kartini ternyata seorang hafidzah. Ia santriwati dari KH Sholeh Darat. Pertanyaan kritis Kartini menginspirasi Mbah Sholeh Darat menyusun tafsir Al-Qur'an dalam bahasa Jawa, yang ditulis dengan huruf Arab Pegon. Sumber 3/
*
Hari ini, 21 April 2021. Itu berarti 117 tahun sepeninggal Kartini. Kini sudah sangat banyak sosok perempuan yang menginspirasi kehidupan kaum perempuan mengikuti jejak Kartini. Namun, RA Kartini dengan pemikiran dan perjuangan besarnya (yang juga menyangkut bidang kesehatan jasmani dan rohani perempuan) tetap diingat, dihormati, dijadikan rujukan, serta dikenang. Wallahu a'lam. ***
Sekemirung, 21 April 2021/8 Ramadan 1442
Sugiyanto Hadi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H